Laporan itu didasarkan pada citra satelit, yang dianalisis untuk mengonfirmasi penggundulan hutan, dan ditindaklanjuti dengan kunjungan lapangan ke area yang mewakili puluhan ribu hektar hutan yang hilang, kata Auriga Nusantara.
Meskipun penggundulan hutan terjadi di semua provinsi di Indonesia kecuali wilayah sekitar Jakarta, kehilangan hutan terbesar terlihat di Kalimantan.
Salah satu pendorong di wilayah tersebut adalah penunjukan area untuk ibu kota baru, kata laporan tersebut.
Namun, sebagian besar penggundulan hutan didorong oleh komoditas, termasuk kayu, pertambangan, dan kelapa sawit.
Pemerintah sebelumnya telah membantah klaim penggundulan hutan yang dibuat oleh para pemerhati lingkungan, dan mengatakan perkiraan tersebut melebih-lebihkan hilangnya hutan dengan salah menghitung perubahan perkebunan sebagai penggundulan hutan.
Auriga Nusantara mengatakan penghitungannya tidak termasuk kehilangan di perkebunan kayu dan hutan tanaman, tetapi mencakup hutan primer dan hutan "sekunder" yang diregenerasi.
Laporan tersebut juga membunyikan peringatan tentang penggundulan hutan untuk produksi biomassa, yang telah menyebabkan hutan diratakan untuk menanam spesies yang tumbuh cepat yang akan menyediakan biomassa kayu.
Indonesia ingin meningkatkan penggunaan energi biomassa dalam negeri dan ekspor, khususnya ke Jepang dan Korea Selatan.
Kelompok tersebut mengatakan sekitar 42 juta hektare hutan alam Indonesia tidak dilindungi oleh hukum, termasuk jutaan hektare yang sudah berada di dalam konsesi.
Meskipun jumlah hilangnya hutan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, jumlah lebih rendah dari masa puncak kehilangan hutan sekitar tahun 2016.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR