Nationalgeographic.co.id—Dalam budaya Yunani Kuno, perayaan Noumenia jatuh pada hari pertama bulan baru, dan disebut oleh filsuf serta sejarawan Plutarch sebagai “hari yang paling suci.”
Hari pertama setiap bulan menandai awal dari bulan lunar, yang disebut Noumenia (Νουμηνία dalam bahasa Yunani). Karena itu, setiap tahun terdapat dua belas Noumeniai (bentuk jamak dari Noumenia).
Pada hari bulan baru, dewa Apollo dipuja, dan perayaan diadakan setiap bulan di Athena serta sebagian besar kota Yunani Kuno.
Apollo adalah dewa Yunani yang memiliki banyak tugas, di antaranya dewa matahari, musik, puisi, penyembuhan, dan ramalan. Ia juga dikenal sebagai dewa panahan, kebenaran, dan ketertiban.
Apollo juga merupakan salah satu dewa Olimpus yang paling penting dan kompleks dalam mitologi Yunani. Ia merupakan putra Zeus dan Leto, serta saudara kembar Artemis, dewi perburuan.
Selama bulan tersebut, para Dewa Rumah Tangga seperti Apollon Noumerios, Zeus, Hestia, Hekate, Selene, dan Hermes juga dihormati.
Noumenia adalah bagian dari rangkaian perayaan rumah tangga yang berlangsung selama tiga hari setiap bulan lunar.
Yang pertama adalah Deipnon Hekate, dilaksanakan pada hari terakhir bulan lunar, tepat sebelum bulan sabit pertama terlihat, menandai akhir bulan.
Kemudian Noumenia, hari pertama bulan baru, didedikasikan untuk Apollo dan Dewa Rumah Tangga.
Terakhir, Agathos Daimon, yaitu hari kedua bulan lunar, yang dipersembahkan untuk Roh Baik.
Hari bulan baru dianggap sebagai hari penuh berkah bagi rumah tangga. Persembahan seperti dupa atau kue madu.
Baca Juga: Asal Nama Kota Yunani Kuno: Nauplio, Trikala, Thebes, Cios dan Lesbos
Kue madu adalah kue tradisional tertua di dunia yang berasal dari timur dekat. Biasanya kue ini disajikan saat hari raya. Kue madu mengandung madu, gula, kayu manis, dan rempah-rempah lainnya.
Persembahan ini kemudian diberikan kepada para Dewa Rumah Tangga dan ditaruh di altar keluarga. Secara umum, Noumenia dipandang sebagai hari khusus untuk berkumpul di rumah dan merayakan bersama keluarga.
Pada hari itu, pengorbanan dilakukan untuk para Dewa dan Roh Pelindung Rumah Tangga. Menurut filsuf Porphyry dari Tyre, kuil domestik dibersihkan, dihias dengan karangan bunga, lalu dupa, anggur, dan kue dipersembahkan kembali kepada para Dewa.
Dirayakan dengan Khusyuk
Keberadaan hari bulan baru dalam budaya Yunani Kuno dibuktikan oleh fakta bahwa Homer menyebutkan hari tersebut dalam kisah Odyssey.
Odyssey adalah salah satu dari dua syair epik Yunani kuno utama yang dikaitkan dengan Homer. Ini adalah salah satu karya sastra tertua yang masih banyak dibaca oleh khalayak modern.
Sedangkan Homer adalah seorang penyair Yunani yang menulis karya Iliad dan Odyssey, dua syair epik yang merupakan karya fondasional sastra Yunani kuno.
Homer dianggap sebagai salah satu penulis paling dihormati dan berpengaruh dalam sejarah.
Menariknya, terkait Noumenia, Homer hanya menyebutkan satu festival keagamaan lainnya dalam epiknya, menunjukkan pentingnya Noumenia.
Orang Athena menjaga dengan ketat kekhusyukan dan identitas independen dari Noumenia. Tidak ada festival keagamaan tahunan yang diketahui berlangsung pada hari Noumenia atau mencakup hari tersebut.
Selain itu, tidak ada pertemuan yang dijadwalkan pada hari pertama bulan, baik untuk majelis legislatif Athena seperti Ekklesia, Boule, maupun organisasi kesukuan lainnya.
Baca Juga: Benarkah Perang Antara Atlantis dan Yunani Kuno Pernah Terjadi?
Perayaan Noumenia di Athena juga mencakup pasar besar. Menurut Aristophanes, pasar sekuler ini menawarkan barang-barang seperti budak dan keledai untuk dijual.
Aristophanes juga mengaitkan hari ini dengan kegembiraan kegiatan di palaestra, yaitu tinju atau olahraga lainnya.
Menurut Herodotus, perayaan ini mencakup ritual publik di Akropolis dan persembahan dupa dalam upacara pribadi kepada patung-patung para dewa.
Di Sparta, pada hari Noumenia, raja-raja membagikan daging, tepung jelai, dan anggur kepada warga negara.
Demosthenes menyebutkan bahwa orang Athena menaiki bukit Akropolis pada festival bulan baru.
Herodotus menjelaskan bahwa pendakian ini, meskipun hari tersebut ideal untuk perayaan rumah tangga, dilakukan untuk mempersembahkan persembahan kepada ular penjaga Akropolis.
Hari Bulan Baru dalam Periode Kristen dan Saat Ini
Persembahan dan pengorbanan yang dijelaskan Herodotus adalah tradisi kuno. Pada altar, dupa dibakar bersama gandum yang telah diaduk dengan madu.
Ranting zaitun diletakkan di altar, dan anggur digunakan untuk persembahan cair (libation). Pengorbanan ini disebut epimenia.
Tradisi merayakan Noumenia tetap berlanjut hingga periode Kristen muncul di Yunani. Terdapat catatan dari leksikografer Hesychius dari Alexandria pada abad kelima Masehi yang mengecam mereka yang masih menyalakan lampu dan membakar dupa di rumah untuk para dewa dan roh leluhur pada bulan baru.
Hingga hari ini, Noumenia dirayakan oleh orang-orang yang menjalankan kepercayaan berdasarkan tradisi Athena kuno.
Mereka melantunkan himne Orphic ke-9 untuk menyambut dan melewati setiap bulan baru sebagai cerminan siklus kehidupan, di mana kelahiran mengikuti periode gelap kematian.
Para penganut kepercayaan kuno Yunani memberikan persembahan seperti dupa atau kue madu kepada Selene, Apollo, Hestia, dan para Dewa Rumah Tangga di altar keluarga mereka.
Cara lain untuk merayakan Noumenia meliputi menghias rumah atau altar keluarga dengan bunga segar, menikmati hidangan khusus keluarga, membuat kue madu, dan membakar dupa.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR