Nationalgeographic.co.id—Pada 4 Februari 2025, The Nature Conservancy (TNC) dan Conservation International mengumumkan sebuah inisiatif perintis yang diberi nama Blue Carbon Plus (BC+).
Inisiatif ini bertujuan untuk menyelamatkan ekosistem blue carbon (karbon biru) pesisir yang sangat penting bagi keberlangsungan lingkungan dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat yang bergantung pada sumber daya alam pesisir.
Blue Carbon Plus (BC+) merupakan sebuah kolaborasi pertama yang unik. Melalui serangkaian studi mendalam dan pengembangan model bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga regeneratif secara ekologis, BC+ akan menjadi katalisator bagi transisi menuju masa depan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan tentu saja makmur.
Dalam visi BC+, alam dan manusia dapat berkembang bersama secara harmonis. Model bisnis yang dikembangkan akan memastikan bahwa masyarakat setempat memiliki peran sentral dalam melindungi alam, karena konservasi dan restorasi habitat pesisir merupakan bagian fundamental dari kegiatan ekonomi mereka.
BC+ bekerja sama dengan Hatch Blue dan saat ini membuka pendaftaran untuk BC+ Challenge pertama. Kompetisi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendukung proyek tahap awal yang menjanjikan, serta bisnis yang dipimpin oleh masyarakat yang hidupnya bergantung pada konservasi dan restorasi ekosistem karbon biru pesisir.
Para pemenang BC+ Challenge akan menerima kombinasi yang sangat berharga, yaitu pendanaan hibah, bantuan teknis dan pelatihan yang komprehensif, serta paparan ke jaringan luas investor dan mitra yang memiliki fokus pada karbon biru.
Dalam jangka waktu 4 tahun ke depan, BC+ memiliki rencana ambisius untuk mengembangkan setidaknya lima model bisnis berskala.
Model-model ini akan menjadikan komoditas yang diproduksi secara berkelanjutan sebagai fokus investasi utama, di mana produksi komoditas tersebut secara eksplisit bergantung pada keberadaan ekosistem pesisir yang sehat.
Sebagai mitra pendiri, TNC dan Conservation International akan menyumbangkan pengalaman dan jaringan yang luas, yang akan dimanfaatkan oleh BC+ untuk melibatkan pemerintah dan lembaga keuangan secara lebih efektif dalam meningkatkan investasi pada model bisnis karbon biru yang inovatif dan regeneratif, yang pada akhirnya mendukung konservasi pesisir.
“Kami sangat gembira dapat bermitra dengan Conservation International dalam inisiatif terobosan yang menunjukkan bahwa inovasi bisnis dapat mendorong konservasi ekosistem pesisir dan manfaat masyarakat,” kata Matthew Arnold, Kepala Global Impact Finance & Markets di The Nature Conservancy.
“BC+ menyatukan keahlian dalam investasi, ilmu karbon biru, dan konservasi praktis di lapangan. Melalui kolaborasi, kami memajukan model bisnis karbon biru berskala yang menyalurkan keuangan berkelanjutan ke masyarakat, memastikan bahwa upaya konservasi tidak hanya layak tetapi transformatif.”
Baca Juga: Sedimen Dasar Laut, 'Area Mati' yang Justru Penting dalam Ekosistem 'Blue Carbon'
"Karbon biru" adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada karbon dioksida yang berhasil ditangkap dan disimpan dalam ekosistem laut. Ekosistem karbon biru pesisir, yang mencakup hutan bakau, padang lamun, rawa pasang surut, dan rumput laut, memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan menyediakan berbagai layanan ekosistem yang krusial bagi kehidupan di Bumi.
Sayangnya, ekosistem-ekosistem ini semakin terancam oleh berbagai aktivitas manusia seperti pembangunan pesisir yang tidak terkendali, perluasan area akuakultur yang berlebihan, perubahan kondisi laut yang semakin ekstrim, dan tingkat polusi yang terus meningkat.
Proyek-proyek karbon biru yang ada saat ini umumnya mengandalkan mata pencaharian alternatif atau pembiayaan karbon sebagai sumber dana. Namun, kenyataannya adalah banyak wilayah yang memiliki potensi besar untuk menyimpan karbon biru tidak memiliki kondisi yang memadai untuk mengakses sumber-sumber pendanaan tersebut.
BC+ hadir untuk mengatasi tantangan ini dengan mengembangkan dan menskalakan model bisnis yang secara erat mengintegrasikan tujuan perlindungan lingkungan dan produksi ekonomi.
“Selama beberapa tahun terakhir, karbon biru telah muncul sebagai solusi ampuh untuk mengatasi perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan ketahanan masyarakat,” kata Daniela Raik, Wakil Presiden Eksekutif Program Lapangan di Conservation International.
“Dengan dukungan ORCA dalam meluncurkan BC+, kami sekarang berada dalam posisi untuk menghubungkan model bisnis berskala dengan konservasi, memungkinkan kami untuk secara bersamaan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan melestarikan ekosistem pesisir di seluruh dunia.”
Kerusakan ekosistem karbon biru di wilayah pesisir telah menyebabkan hilangnya berbagai layanan ekosistem yang sangat penting bagi masyarakat, tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya, tetapi juga melepaskan emisi gas rumah kaca yang sangat signifikan, mencapai hingga 1,9 gigaton setiap tahunnya.
Untuk mengatasi permasalahan yang kompleks ini, terutama dalam hal jalur pembiayaan karbon, inisiatif BC+ hadir sebagai solusi yang menjanjikan, dengan tujuan untuk mendorong dan mempercepat investasi dalam upaya konservasi dan restorasi ekosistem pesisir yang sangat berharga ini.
Pada tahun 2050, BC+ memiliki visi yang ambisius untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap konservasi dan restorasi hingga 16,9 juta hektar hutan bakau, rawa pasang surut, dan padang lamun.
Upaya ini diharapkan dapat memberikan manfaat iklim yang setara dengan penyimpanan hingga 2,2 gigaton CO2, sebuah langkah penting dalam mitigasi perubahan iklim global. Selain itu, BC+ juga berupaya untuk meningkatkan pendapatan lebih dari 50 juta orang yang bergantung pada ekosistem pesisir ini, sehingga memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat pesisir.
KOMENTAR