Perempuan yang memiliki kemampuan bertahan hidup yang baik ini cenderung melahirkan lebih banyak bayi. Bayi-bayi ini, karena mewarisi sifat-sifat unggul dari ibu mereka, juga memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup hingga dewasa dan kemudian mewariskan sifat-sifat tersebut kepada generasi berikutnya.
Inilah cara kerja seleksi alam. Proses ini mungkin terdengar aneh dan berlawanan dengan intuisi kita. Contohnya, di daerah yang sering terjadi malaria, angka anemia sel sabit cenderung tinggi karena penyakit ini melibatkan gen yang ternyata melindungi seseorang dari malaria.
Beall dan timnya meneliti 417 wanita yang berusia antara 46 hingga 86 tahun, yang telah menghabiskan seluruh hidup mereka di ketinggian sekitar 3.500 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini mengungkap fakta menarik tentang bagaimana tubuh beradaptasi dengan lingkungan ekstrem.
Para peneliti mengumpulkan data yang sangat berharga, termasuk jumlah kelahiran hidup dari masing-masing wanita, yang berkisar antara 0 hingga 14 anak, dengan rata-rata 5,2 anak per wanita. Selain itu, mereka juga mencatat informasi kesehatan dan fisik yang penting.
Salah satu pengukuran utama adalah kadar hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Mereka juga mengukur seberapa banyak oksigen yang dapat dibawa oleh hemoglobin tersebut.
Nilai hemoglobin jadi temuan kunci
Hasilnya sangat mengejutkan! Wanita yang memiliki tingkat kelahiran hidup tertinggi ternyata memiliki kadar hemoglobin yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, melainkan berada pada kisaran rata-rata kelompok pengujian.
Namun, saturasi oksigen hemoglobin mereka justru tinggi. Kombinasi antara kadar hemoglobin yang moderat dan saturasi oksigen yang tinggi ini menunjukkan adanya adaptasi yang luar biasa.
Adaptasi ini memungkinkan tubuh untuk memaksimalkan pengiriman oksigen ke sel dan jaringan tanpa membuat darah menjadi terlalu kental. Darah yang terlalu kental dapat memberikan tekanan lebih besar pada jantung karena harus memompa cairan dengan viskositas yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap aliran.
Beall menjelaskan bahwa salah satu temuan kunci dari penelitian ini adalah bahwa nilai hemoglobin yang lebih rendah, yang sebelumnya dianggap bermanfaat dalam konteks adaptasi ketinggian, ternyata tidak sepenuhnya demikian.
Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai hemoglobin intermediat, atau nilai tengah, justru memberikan manfaat tertinggi bagi wanita di dataran tinggi. Selain itu, saturasi oksigen hemoglobin yang lebih tinggi juga terbukti lebih menguntungkan, dengan peningkatan saturasi yang berkorelasi dengan manfaat yang lebih besar.
Baca Juga: Dunia Hewan: Jadi, Sebenarnya Seberapa Cepat Evolusi Terjadi?
KOMENTAR