Kesenjangan ini sebagian disebabkan oleh kompleksitas dalam mengukur dan memantau penyimpanan karbon di lingkungan laut. Keterbatasan dana untuk inisiatif konservasi juga semakin memperparah masalah ini.
Momentum baik memulihkan ekosistem karbon biru
Namun, kabar baiknya adalah momentum global untuk melindungi dan memulihkan ekosistem karbon biru semakin menguat.
Berbagai inisiatif yang dipelopori oleh organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan International Union for Conservation of Nature (IUCN) bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya karbon biru dan mendorong upaya konservasi di seluruh dunia.
Sebagai contoh nyata, "Inisiatif Karbon Biru" adalah bentuk kerjasama antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat setempat untuk mengembangkan kebijakan yang melindungi ekosistem vital ini.
Di tingkat nasional, berbagai negara di dunia kini semakin proaktif dalam upaya pelestarian sumber daya karbon biru mereka. Sebagai contoh nyata, pemerintah Kenya telah aktif menjalankan berbagai proyek restorasi hutan bakau melalui kolaborasi dengan Institut Penelitian Kelautan dan Perikanan.
Inisiatif yang digerakkan oleh masyarakat lokal, seperti Mikoko Pamoja, telah menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Mereka tidak hanya berhasil menjual kredit karbon, tetapi juga secara bersamaan memulihkan habitat hutan bakau yang penting, serta mendanai pembangunan sekolah dan proyek air bersih untuk masyarakat setempat.
Organisasi non-pemerintah (LSM) juga memainkan peran krusial dalam memajukan penelitian mengenai ekosistem karbon biru. Berbagai LSM di seluruh dunia telah menjadi garda depan dalam melakukan riset yang mendalam.
Penelitian ini sangat penting untuk memberikan dasar informasi yang kuat dalam pengambilan keputusan kebijakan terkait konservasi karbon biru di berbagai wilayah.
Peran penting karbon biru dalam mengatasi perubahan iklim tidak dapat dianggap remeh. Meskipun ekosistem karbon biru hanya mencakup kurang dari dua persen dari total luas permukaan laut di bumi, mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk menyimpan hampir separuh dari seluruh karbon yang tersimpan di dalam sedimen laut.
Oleh karena itu, upaya untuk melestarikan dan memulihkan habitat-habitat ini memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Perkiraan saat ini menunjukkan bahwa dengan melestarikan ekosistem karbon biru yang sudah ada, kita dapat mencegah pelepasan hingga satu miliar ton CO₂ ke atmosfer setiap tahunnya pada tahun 2050.
Integrasi strategi karbon biru juga sangat selaras dengan berbagai perjanjian internasional, terutama Perjanjian Paris. Perjanjian ini menekankan pentingnya solusi berbasis alam dalam mencapai target emisi nol bersih secara global.
"Berinvestasi dalam karbon biru akan membantu negara-negara dalam memenuhi Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional mereka dan mengatasi kebutuhan pembangunan lokal melalui praktik berkelanjutan," pungkas Mbuthia.
Para Peneliti Ini Manfaatkan Nyepi untuk Teliti Kebisingan Akustik di Laut, Apa Hasilnya?
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR