Tim tersebut mengamati 15 tengkorak yang dikumpulkan dari situs arkeologi Biara Varnhem di provinsi Västergötland.
Tengkorak-tengkorak tersebut diambil dari orang dewasa yang meninggal antara usia 24 dan 60 tahun.
Melalui pemindaian CT, para peneliti melihat kerusakan pada permukaan dan bagian dalam tengkorak. Mereka kemudian memetakan kerusakan tersebut ke kemungkinan penyebabnya.
Hal ini menunjukkan seberapa banyak informasi berharga yang dapat diungkapkan oleh jenis pemindaian pada tengkorak-tengkorak tersebut.
Pemindaian juga dapat memberi mereka gambaran lebih baik tentang bagaimana orang-orang ini hidup di saat masih sangat sedikit pengobatan untuk rasa sakit dan penyakit mereka.
Carolina mengatakan bahwa saat itu, orang-orang di sana tidak memiliki perawatan medis dan gigi seperti saat ini, tidak pula memiliki jenis penghilang rasa sakit dan antibiotik. Jika orang-orang itu mengalami infeksi, infeksi tersebut dapat bertahan lama.
Beberapa tim peneliti di balik studi ini sebelumnya telah mengamati gigi yang ditemukan di lokasi yang sama.
Mereka menemukan banyak bukti kerusakan gigi, bahkan beberapa upaya dasar penanganan dalam kedokteran gigi.
Situs Varnhem sendiri merupakan bangunan keagamaan penting, pernah menjadi gereja terbesar di Swedia, dan merupakan tempat peristirahatan bagi tiga raja Swedia dari Abad Pertengahan.
Para peneliti mengatakan bahwa penerapan pendekatan pemindaian CT mereka pada tengkorak-tengkorak purba lainnya dapat mengungkap semua jenis penemuan baru yang tidak akan terlihat dengan inspeksi visual normal.
Dengan pemindaian CT, penelitian dapat dilakukan tanpa menyebabkan kerusakan yang tidak perlu.
Carolina mengungkap bahwa sebenarnya banyak sekali metode arkeologi masa kini yang bersifat invasif, dengan kebutuhan untuk mengangkat tulang atau jaringan lain untuk analisis.
Namun, dengan cara pemindaian CT, para peneliti dapat dapat menjaga rangka-rangkanya tetap utuh namun tetap memperoleh banyak informasi.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR