Nationalgeographic.co.id—Peristiwa kepunahan dinosaurus terjadi secara mendadak sekitar 66 juta tahun yang lalu ketika sebuah asteroid raksasa menghantam Bumi.
Meskipun masih ada perdebatan mengenai penyebab utama kepunahan massal ini, dengan beberapa teori yang menyebutkan letusan gunung berapi, awan belerang beracun, atau awan antarbintang yang padat, dampak dari asteroid Chicxulub secara luas diakui sebagai pemicu utama.
Peristiwa dahsyat ini, seperti dilansir laman IFL Science memusnahkan seluruh spesies dinosaurus non-avian dari muka Bumi.
Setelah era dinosaurus berakhir, mamalia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mereka mengisi relung-relung ekologi yang ditinggalkan oleh dinosaurus.
Mengingat kesuksesan evolusioner dinosaurus sebelum peristiwa Chicxulub, pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa dinosaurus tidak pernah berevolusi kembali setelah kepunahan tersebut.
Evolusi adalah proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh faktor keberuntungan serta kesempatan. Organisme beradaptasi dengan lingkungan melalui seleksi alam, seleksi seksual, dan mutasi genetik. Namun, perlu dipahami bahwa proses evolusi tidak selalu mengikuti jalur yang dapat diprediksi.
Dinosaurus telah berhasil berevolusi selama jutaan tahun, beradaptasi dengan berbagai lingkungan, dan menjadi kelompok hewan yang dominan di planet ini. Akan tetapi, ketika dinosaurus non-avian punah, sejarah evolusi mereka seolah terhenti.
Spesies yang hidup saat ini merupakan keturunan dari hewan-hewan yang berhasil selamat dari peristiwa kepunahan 66 juta tahun lalu, termasuk beragam spesies mamalia yang kemudian bereproduksi, berevolusi, dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Peluang evolusi dan kemungkinan "Jurassic Park"
Spesies yang telah punah tidak dapat berevolusi kembali secara alami dalam bentuk yang persis sama seperti sebelum kepunahan. Walaupun demikian, bentuk kehidupan yang serupa mungkin muncul melalui proses evolusi iteratif, seperti yang telah terjadi pada burung rail Aldabra.
Di sisi lain, perkembangan dalam pengurutan genom membuka harapan untuk menghidupkan kembali hewan-hewan seperti dodo dan mammoth berbulu. Hal ini memunculkan pertanyaan menarik: mungkinkah kita suatu hari nanti dapat menciptakan "Jurassic Park" kita sendiri?
Baca Juga: Kenapa Dinosaurus Punah: Sains Menyodorkan Dua Teori Penyebabnya
Terlepas dari peringatan yang disampaikan oleh waralaba film tersebut, kemampuan ilmiah dan data genom yang tersedia saat ini masih belum mencukupi untuk menciptakan organisme kompleks seperti Velociraptor.
Di kalangan paleontolog, terdapat perdebatan mengenai apakah masa kejayaan dinosaurus sebenarnya telah berakhir sebelum asteroid menghantam Bumi, mungkin sebagai akibat dari perubahan lingkungan.
Jika teori ini benar, maka hal tersebut dapat menjadi alasan lain mengapa dinosaurus tidak berevolusi kembali. Sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2016 bahkan menunjukkan bahwa tingkat kepunahan dinosaurus sudah lebih tinggi dibandingkan dengan kemunculan spesies dinosaurus baru.
Namun, penelitian yang lebih baru memberikan perspektif yang berbeda. Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan keanekaragaman hayati tidak serta merta menyebabkan kepunahan suatu kelompok hewan, dan bahwa garis waktu suhu yang mengarah pada kepunahan massal tidak mendukung hipotesis bahwa letusan gunung berapi adalah penyebab utamanya.
Memang, sementara beberapa jenis dinosaurus seperti sauropoda mungkin mengalami penurunan populasi, jenis dinosaurus lain justru dalam kondisi baik dan berpotensi untuk terus berkembang hingga saat ini jika bukan karena dampak asteroid tersebut.
Kemungkinan besar, proses evolusi akan mengubah penampilan dan perilaku mereka dalam 66 juta tahun terakhir.
Nicholas R. Longrich, seorang paleontolog dan ahli biologi evolusi dari Universitas Bath, menyatakan bahwa sejarah dinosaurus selama 100 juta tahun sebelumnya tidak memberikan indikasi bahwa mereka akan mengalami perubahan besar tanpa adanya peristiwa Chicxulub.
Meskipun kemungkinan besar kita tidak akan pernah bertemu dengan Tyrannosaurus rex atau Stegosaurus dalam kehidupan sehari-hari, dunia ini sebenarnya tidak pernah sepenuhnya bebas dari dinosaurus. Burung-burung modern adalah keturunan dari kelompok dinosaurus theropoda.
Para peneliti berpendapat bahwa kelangsungan hidup burung berkaitan dengan ukuran tubuh mereka yang kecil, habitat di belahan bumi selatan yang relatif jauh dari dampak asteroid, dan pola makan berupa biji-bijian.
KOMENTAR