Nationalgeographic.co.id—Hypatia adalah salah satu filsuf terbesar dari Alexandria pada zaman Yunani kuno. Ia dikagumi karena gagasan-gagasannya yang revolusioner.
Namun, pada abad ke-4 Masehi, ia dibunuh secara brutal oleh sekelompok fanatik Kristen karena pemikirannya yang dianggap menantang norma saat itu.
Lahir sekitar tahun 360 M, Hypatia adalah seorang filsuf, astronom, dan matematikawan Yunani yang berani menentang batasan sosial pada zamannya. Meskipun demikian, kecerdasan dan pencapaiannya membuatnya dihormati oleh banyak orang.
Ayahnya, Theon, seorang matematikawan dan astronom, tidak pernah membatasi keingintahuan intelektual putrinya. Sebaliknya, ia mendukung penuh pendidikannya, memungkinkan Hypatia tumbuh menjadi seorang pemikir yang luar biasa.
Sebagai anggota aliran filsafat Neoplatonisme, Hypatia kerap mengenakan jubah akademik, sebuah simbol kehormatan yang saat itu hanya diperuntukkan bagi kaum pria.
Jika dinilai dengan standar modern, ia bisa disebut sebagai salah satu feminis pertama dalam sejarah yang tercatat.
Hypatia memiliki kecintaan mendalam terhadap astronomi. Ia menciptakan astrolabe, sebuah perangkat yang digunakan untuk mengamati dan mengukur posisi benda-benda langit di malam hari, serta memetakan jalur bintang dan planet.
Ia menempuh studi filsafat di Athena sebelum kembali ke Alexandria untuk mengajar filsafat, matematika, dan astronomi.
Murid-muridnya berasal dari keluarga paling berpengaruh di Alexandria, dan banyak di antara mereka yang kelak menduduki posisi penting dalam masyarakat kota tersebut.
Dihormati dan Dicintai di Alexandria
Di Alexandria, Hypatia mengajar filsafat Platonis, sistem pergerakan benda langit menurut Ptolemaios, serta matematika tingkat lanjut dari Euclid.
Baca Juga: Penelitian Ilmiah: Bangsa Yunani Kuno Turut Cemari Lingkungan Gara-gara Uang
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR