Nationalgeographic.co.id—Katakan "panda" dan yang langsung terbayang di benak adalah hewan besar, berbulu lebat, langka dan berwarna hitam-putih. Namun ternyata di dunia ilmiah, panda hitam putih bukan satu-satunya yang menyandang nama tersebut.
Faktanya, ada dua spesies berbeda yang berbagi gelar ikonik ini: panda raksasa dan panda merah.
Panda raksasa adalah panda yang terkenal pemilih dalam mencari pasangan dan gemar mengunyah bambu. Mereka hanya ditemukan di sebagian kecil wilayah China.
Sedangkan panda merah, bertubuh jauh lebih kecil, dan jika Anda diminta menunjuk mana yang benar-benar "panda", panda merahlah yang seharusnya paling berhak atas nama itu.
Berubah Jadi Merah, atau Hitam Putih?
Perbedaan paling mencolok terlihat dari ukuran tubuhnya. Panda raksasa, termasuk subspesiesnya yang lebih kecil di dataran tinggi, panda Qinling, memiliki tinggi sekitar 1,5 hingga 1,8 meter dan berat hingga 113 kg—sebanding dengan manusia berbadan kekar.
Sementara itu, panda merah jauh lebih kecil, kira-kira seukuran kucing rumahan yang besar. Jika panda raksasa tampak seperti beruang hitam yang mengenakan kostum, panda merah lebih mirip rakun berwarna kemerahan.
Dengan ekor panjang berbelang, telinga runcing seperti potongan keju, dan moncong yang lancip, panda merah memang terlihat menggemaskan—tetapi dengan cara yang sangat berbeda dari panda raksasa.
Namun, apakah perbedaan ini hanya karena nama yang diberikan secara sembarangan? Tidak juga.
Merah dengan Gigi dan Cakar
Asal-usul kata panda masih belum pasti, tetapi salah satu teori menyebutkan bahwa kata ini berasal dari bahasa Nepal, nigalya ponya yang berarti "pemakan bambu" atau paja yang berarti "cakar." Namun, yang jelas adalah bahwa nama panda pertama kali digunakan untuk menyebut panda merah.
Baca Juga: Pandawara: Lima Sahabat Penyelamat Lingkungan Kehidupan
Panda merah pertama kali dideskripsikan oleh zoolog Prancis, Frédéric Cuvier, pada tahun 1825. Ia memberikan nama ilmiah Ailurus fulgens, yang secara harfiah berarti "kucing yang bersinar." Cuvier pun menganggap hewan ini sebagai anggota keluarga rakun yang sangat penyendiri—dan anggapan itu tidak sepenuhnya salah.
“Panda merah adalah hewan soliter dan pemalu,” ujar Ang Phuri Sherpa, Direktur The Red Panda Network di Nepal. “Mereka hanya ditemukan berpasangan saat musim kawin atau ketika induk sedang bersama anaknya.”
Ia juga menambahkan bahwa nama panda mungkin berasal dari kata Nepal lainnya, punde, yang berarti "memiliki tanda putih di wajah." Dari sisi etimologi, hal ini menunjukkan bahwa panda merah sebenarnya adalah satu-satunya "panda sejati."
Meskipun panda raksasa dan panda merah memiliki nama yang sama, melihat perbedaan fisik yang mencolok, kita mungkin mengira mereka tidak memiliki hubungan ilmiah.
Anehnya, keduanya hampir berbagi nama ilmiah. Panda raksasa termasuk dalam genus Ailuropoda, yang dalam hal ini berarti "kaki kucing," bukan sekadar "kucing."
Dan justru pada bagian kaki inilah kedua spesies yang tampak berbeda ini memiliki satu dari dua ciri khas yang menarik: "ibu jari palsu," atau modifikasi tulang sesamoid. Cakar depan mereka memiliki tulang pergelangan tangan yang memanjang, yang membantu mereka menggenggam satu kesamaan utama mereka yang lain: makanan.
Baik panda raksasa maupun panda merah adalah pemakan bambu dan memiliki adaptasi khusus untuk mencengkeram batangnya. Fenomena ini dikenal sebagai konvergen evolusi, yaitu ketika spesies yang tidak berkerabat mengembangkan ciri yang sama akibat lingkungan yang serupa.
Kebiasaan makan yang unik dan habitat yang sama di pegunungan lembap dan berkabut di Tiongkok mungkin cukup untuk membuat kedua panda ini memiliki kesamaan.
Tetapi, apakah mereka benar-benar berkerabat?
Menelusuri Jejak Panda Raksasa
Kisah menjadi semakin menarik ketika kita menelusuri bagaimana panda raksasa mendapatkan namanya. Seorang misionaris dan naturalis Prancis bernama Père Armand David pertama kali memperkenalkan hewan ini kepada dunia Barat pada tahun 1869.
Baca Juga: Bagaimana Pandangan Orang-orang Tentang Fenomena Pergundikan?
Saat menjelajahi wilayah Baoxing di Provinsi Sichuan, Tiongkok, ia melihat bangkai hewan yang telah ditembak, yang ia sebut sebagai beruang putih.
“Saya yakin ini adalah spesies baru, bukan hanya karena warna kulitnya, tetapi juga karena bulu di bawah kakinya dan karakteristik lainnya,” tulisnya dalam jurnalnya.
Bagi Armand David, hewan ini sangat menyerupai beruang, dengan tubuh besar, cara berjalan yang terhuyung-huyung, dan bulu yang tebal. Penduduk setempat menyebutnya panda—karena pola makannya yang didominasi bambu—tetapi Armand David tidak setuju. Ia mengklasifikasikannya sebagai Ursus melanoleucus, yang berarti "beruang hitam-putih."
Terkesan dengan penemuannya, ia pun mulai berkorespondensi dengan seorang zoolog Prancis, Alphonse Milne-Edwards. Untuk memastikan identifikasi hewan ini, Armand David mengirimkan kulit dan tengkoraknya kepada rekannya tersebut untuk diteliti lebih lanjut.
Fosil Hidup
Milne Edwards mempertanyakan klasifikasi panda raksasa yang aneh ini. Menurutnya, bentuk tengkorak, gigi, dan cakar hewan tersebut lebih mirip dengan kerabat jauhnya yang berbulu merah dan pemakan bambu—panda merah—yang telah dideskripsikan 40 tahun sebelumnya.
Namun, jelas bahwa hewan ini telah berkembang di jalur evolusinya sendiri. Dalam karyanya Recherches pour servir l’histoire naturelle des mammifčres, Milne-Edwards mengusulkan nama baru, Ailuropus melanoleucus, untuk mencerminkan hubungan, meskipun samar, antara panda raksasa dan panda merah.
Perdebatan ini terus berlanjut. Studi DNA dan analisis molekuler yang lebih modern memberikan hasil yang saling bertentangan—beberapa menyatakan bahwa kedua panda sama sekali tidak berkerabat, sementara yang lain menganggap panda raksasa sebagai beruang sejati.
Ada juga teori yang menyebutkan bahwa panda merah sebenarnya lebih dekat dengan mustelid, keluarga yang mencakup cerpelai, luwak, wolverine, musang, dan ferret. Beberapa peneliti bahkan berpendapat bahwa kedua jenis panda memiliki jejak genetik rakun dalam garis keturunannya.
Satu hal yang disepakati oleh para ilmuwan adalah bahwa kedua hewan ini tidak cocok dimasukkan ke dalam kelompok mana pun secara mutlak. Keduanya sering dijuluki sebagai fosil hidup, yaitu spesies terakhir dari garis evolusi yang unik dan penuh petualangan.
Hingga kini, panda merah tetap berada dalam keluarganya sendiri, Ailuridae. Begitu pula dengan panda raksasa, yang meskipun kini secara resmi dikategorikan sebagai bagian dari keluarga Ursidae (beruang), tetap memiliki genusnya sendiri, Ailuropoda.
Perdebatan mengenai keduanya masih berlangsung, dengan kesepakatan bahwa kemungkinan besar kedua spesies ini—bersama dengan kerabat yang masih menjadi spekulasi—memiliki nenek moyang yang sangat kuno dan misterius.
Bahkan, diskusi panas mengenai tempat panda dalam klasifikasi ilmiah ini telah memicu perdebatan yang lebih luas tentang kriteria apa yang seharusnya menjadi penentu utama dalam taksonomi hewan.
Dalam bukunya The Last Panda (1993), naturalis George B. Schaller menyimpulkan perdebatan ini dengan lugas:
"Ketika saya memberikan ceramah, sering kali ada yang bertanya apakah panda raksasa itu beruang atau rakun. Untuk jawaban yang singkat, saya biasanya berkata: Panda adalah panda.”
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR