Wanita cenderung menghasilkan lebih banyak antibodi daripada pria, yang melindungi mereka dan bayi mereka melalui ASI, kata Vanessa Kronzer, ahli reumatologi dari Mayo Clinic, Rochester, Minnesota.
Hormon juga berperan. Hormon estrogen wanita meningkatkan kekebalan tubuh, sementara hormon pria tidak hanya menekan kekebalan tubuh, tetapi juga melindungi dari autoimunitas.
Perbedaan hormon seks ini sebelumnya dianggap sebagai penjelasan utama mengapa wanita memiliki kekebalan tubuh yang lebih kuat, namun juga lebih rentan terhadap penyakit autoimun. Namun, ternyata bukan itu satu-satunya alasan.
Penonaktifan Satu Kromosom X
Setiap sel tubuh wanita memiliki dua kromosom X, satu dari ibu dan satu dari ayah. Pria, di sisi lain, memiliki satu kromosom X dari ibu dan satu kromosom Y yang jauh lebih kecil dari ayah.
Kromosom Y hanya membawa sekitar seratus gen, sementara kromosom X membawa lebih dari 900 gen.
Untuk menyeimbangkan aktivitas gen pada kromosom X antara pria dan wanita, salah satu dari dua kromosom X di setiap sel wanita secara acak dinonaktifkan.
Proses ini terjadi di awal perkembangan janin, saat molekul Xist dan protein pendampingnya melilit salah satu kromosom X dan mematikannya. Jika kedua kromosom X tetap aktif, sel akan mati.
Hasilnya, tubuh wanita memiliki campuran sel di mana kromosom X dari ibu atau ayah yang dinonaktifkan. Penonaktifan kromosom X ini menjelaskan mengapa kucing Calico betina memiliki pola bulu oranye dan coklat yang unik.
Beberapa helai bulu mereka berwarna hitam karena ekspresi dari satu kromosom X yang aktif, sementara yang lain berwarna oranye dari kromosom X lainnya.
Namun, penonaktifan kromosom X tidak selalu sempurna, dan 15-23 persen gen tetap aktif. Salah satu gen yang terus berfungsi, padahal seharusnya tidak, telah dikaitkan dengan penyakit lupus.
Baca Juga: Selidik Ilmiah: Apa Manfaat Bahan Bakar dari Matahari bagi Bumi?
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR