Nationalgeographic.co.id—Saat berendam di dalam air selama beberapa menit, kebanyakan dari kita mendapati kulit ujung jari tangan dan kaki kita mengerut.
Kebanyakan orang mungkin mengalami kerutan pada jari tangan dan kaki setelah mandi lama, berenang atau mencuci piring. Kerutan akan lebih cepat terjadi jika aktivitas tersebut dilakukan menggunakan air hangat.
Kerutan pada ujung jari umumnya dianggap sebagai respons pasif saat lapisan atas kulit membengkak karena air membanjiri sel melalui proses yang dikenal sebagai osmosis – saat molekul air bergerak melintasi membran untuk menyamakan konsentrasi larutan di kedua sisi.
Namun, sejak tahun 1935, penelitian ilmiah telah menduga ada hal lain yang terjadi di balik proses ini.
Dokter yang meneliti pasien dengan cedera yang telah memutuskan saraf median (salah satu saraf utama yang berjalan dari lengan ke tangan) menemukan bahwa jari-jari mereka tidak berkerut.
Saraf median sendiri berfungsi membantu mengendalikan apa yang disebut aktivitas simpatik seperti berkeringat dan penyempitan pembuluh darah.
Penemuan mereka menunjukkan bahwa kerutan pada ujung jari yang disebabkan oleh air sebenarnya dikendalikan oleh sistem saraf.
Penelitian ilmiah selanjutnya oleh dokter pada tahun 1970-an memberikan bukti lebih lanjut mengenai hal ini.
Mereka mengusulkan penggunaan perendaman tangan dalam air untuk menilai kerusakan saraf yang dapat memengaruhi pengaturan proses bawah sadar seperti aliran darah.
Melansir BBC, pada tahun 2003, ahli saraf Einar Wilder-Smith dan Adeline Chow, yang bekerja di National University Hospital di Singapura pada saat itu, melakukan pengukuran sirkulasi darah di tangan para relawan saat mereka merendam tangan mereka dalam air.
Mereka kemudian menemukan bahwa saat kulit di ujung jari para relawan mulai berkerut, terjadi penurunan aliran darah yang signifikan di jari-jari tersebut.
Baca Juga: Sains: Mengapa Dinosaurus Tidak Pernah Berevolusi Kembali Setelah Punah?
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR