Nationalgeographic.co.id—Sedotan plastik telah lama menjadi simbol permasalahan plastik sekali pakai. Meski ukurannya kecil, dampaknya sangat besar, karena sering kali berakhir di laut atau tempat pembuangan akhir, dan sulit terurai selama bertahun-tahun. Kini, upaya untuk mencari penggantinya terus berkembang, salah satunya melalui pendekatan inovatif dari bahan alam.
Beberapa alternatif seperti sedotan kertas dan polylactic acid (PLA) telah diperkenalkan, tetapi masing-masing memiliki kelemahan tersendiri, seperti daya tahan yang rendah atau biaya produksi yang tinggi. Masalah ini memunculkan kebutuhan akan bahan yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga kuat dan efisien secara ekonomi.
Dilansir dari laman Eureka Alert, peneliti dari International Centre for Bamboo and Rattan (ICBR) di Tiongkok, menawarkan solusi dari bahan yang selama ini tumbuh subur di Asia: bambu. Penelitian yang dipimpin oleh Yu Luan dan rekan-rekannya ini memperkenalkan metode pembuatan sedotan bambu dengan cara menggulung irisan bambu ultra-tipis.
Irisan ini berasal dari bambu Moso berusia 3 tahun. Bambu tidak hanya diproses secara fisik, tetapi juga direndam dan diberi perlakuan ultrasonik untuk meningkatkan ketahanan dan fleksibilitasnya.
Hasilnya, sedotan bambu memiliki kekuatan tarik tinggi, fleksibilitas yang sangat baik, serta mampu menahan puntiran berulang tanpa patah. Dalam pengujian laboratorium, sedotan ini menunjukkan performa mekanik yang unggul dibandingkan sedotan kertas, PLA, maupun polipropilena (PP). Secara spesifik, sedotan bambu ini memiliki kekuatan tekan antara 16,42 hingga 19,01 MPa dan kekuatan lentur sebesar 14,21 hingga 15,02 MPa.
Selain itu, sedotan bambu ini menunjukkan ketahanan yang sangat baik saat digunakan dalam berbagai jenis minuman, termasuk air panas, minuman berkarbonasi, dan minuman beralkohol. Tidak seperti sedotan kertas yang mudah melunak, sedotan bambu mampu mempertahankan struktur fisiknya dan menyerap air dalam jumlah yang jauh lebih sedikit. Hal ini menjadikannya lebih andal untuk penggunaan sehari-hari dalam kondisi beragam.
Tak hanya unggul secara fungsionalitas, sedotan bambu juga unggul dari sisi ekonomi. Dengan kekuatan basah yang 4,36 kali lebih tinggi daripada sedotan kertas, produk ini tidak hanya lebih tahan lama, tetapi juga lebih efisien secara biaya. Biaya produksinya diperkirakan hanya sekitar 0,014 yuan atau sekitar Rp31 per sedotan, menjadikannya alternatif biodegradable yang ramah lingkungan dan terjangkau dibandingkan pilihan lainnya di pasaran.
Survei yang dilakukan di sejumlah gerai minuman menunjukkan bahwa sedotan bambu mendapatkan respons sangat positif dari konsumen, dengan lebih dari 90% responden menyatakan kepuasannya. Berdasarkan temuan tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa sedotan berbahan bambu menawarkan solusi yang praktis dan berkelanjutan dalam menghadapi permasalahan polusi plastik, serta memiliki potensi besar untuk menggantikan sedotan plastik konvensional secara luas.
Source | : | Science Direct,eurekalert.org |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR