Nationalgeographic.co.id—Ilmuwan akhirnya mengungkap misteri asal usul emas tertua di alam semesta. Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti mengungkap bahwa suar-suar dahsyat yang berasal dari bintang neutron dengan medan magnet sangat kuat—yang dikenal sebagai magnetar—kemungkinan telah mulai menempa emas tak lama setelah Big Bang.
Ini terjadi jauh lebih awal dari yang selama ini dianggap mungkin. Temuan tersebut dipublikasikan pada Selasa, 29 April 2025, di jurnal The Astrophysical Journal Letters.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan dibuat penasaran oleh asal usul emas dalam jumlah besar di alam semesta. Mereka telah mengetahui bahwa logam berat seperti emas bisa terbentuk dari tabrakan antara bintang-bintang runtuh atau lubang hitam.
Pada tahun 2017, untuk pertama kalinya, astronom menyaksikan langsung tabrakan dua bintang neutron—sisa-sisa superpadat dari bintang yang telah meledak. Peristiwa dahsyat ini terjadi 130 juta tahun cahaya dari Bumi dan menghasilkan kilatan cahaya yang membawa jejak logam berat, termasuk platinum dan jumlah emas yang luar biasa besar.
Namun, meski tabrakan tersebut menjelaskan sebagian dari keberadaan emas di alam semesta, peristiwa itu tidak cukup untuk menjawab bagaimana logam-logam berat bisa muncul di masa-masa awal alam semesta. Pasalnya, dibutuhkan waktu ratusan juta tahun hingga bintang neutron bisa terbentuk dan bertabrakan.
Kini, para ilmuwan meyakini mereka akhirnya menemukan jawaban atas teka-teki tersebut. Suar raksasa dari magnetar bisa jadi telah memproduksi dan menyebarkan unsur-unsur berat seperti emas jauh lebih cepat dari skenario tabrakan bintang neutron.
“Ini menjawab salah satu pertanyaan terbesar abad ini,” kata Eric Burns, salah satu penulis studi dan asisten profesor fisika dan astronomi di Louisiana State University, dalam pernyataan resmi NASA.
Ditempa oleh ‘Ledakan Ekstrem’
Magnetar sudah ada sejak masa-masa awal alam semesta, dan para penulis studi ini memperkirakan bahwa objek luar biasa ini mungkin telah menyumbang hingga 10% dari seluruh unsur yang lebih berat dari besi di galaksi Bima Sakti, menurut pernyataan resmi mereka.
Untuk menelusuri asal emas dan logam berat lainnya, para peneliti menganalisis data dari teleskop milik NASA dan European Space Agency (ESA) yang telah dikumpulkan selama 20 tahun terakhir.
Berdasarkan studi tahun 2024, mereka mempersempit pencarian ke magnetar. Studi tersebut menemukan bahwa suar raksasa magnetar—semburan radiasi kuat yang dilepaskan saat terjadi “gempa bintang”—dapat melemparkan material, termasuk logam berat, dari kerak bintang neutron ke ruang angkasa.
Baca Juga: Upaya Sir Walter Raleigh Menemukan Kota Emas Legendaris El Dorado
Suar raksasa magnetar terakhir yang terlihat dari Bumi terjadi pada tahun 2004. Saat itu, ilmuwan mencatat sinyal sinar gamma kecil dari peristiwa tersebut.
“Tapi tidak ada yang benar-benar tahu itu apa,” kata Eric Burns. Kini, sinyal kecil itu ternyata sangat mirip dengan yang diharapkan muncul jika magnetar benar-benar menciptakan dan melontarkan logam berat dalam suar raksasa.
Suar semacam ini memproduksi radiasi energi tinggi dalam jumlah besar, dan itulah yang bisa menjadi kunci pembentukan unsur seperti emas. Menurut para peneliti, kepadatan neutron yang sangat tinggi dalam suar ini memungkinkan inti atom ringan menyerap banyak neutron sekaligus.
Hal ini memicu reaksi peluruhan nuklir berantai yang dapat mengubah satu unsur menjadi unsur yang lebih berat—hidrogen menjadi helium, helium menjadi litium, dan seterusnya—hingga akhirnya terbentuk logam berat seperti emas.
“Rasanya keren membayangkan bahwa sebagian materi di ponsel atau laptop saya ditempa dalam ledakan ekstrem ini selama sejarah galaksi kita,” kata penulis utama studi, Anirudh Patel, mahasiswa doktoral astrofisika di Columbia University.
Langkah selanjutnya bagi tim peneliti adalah menelusuri lebih banyak petunjuk dari data suar magnetar terdahulu. Misi Compton Spectrometer and Imager (COSI) milik NASA juga akan mendalami temuan ini setelah diluncurkan pada tahun 2027.
COSI adalah teleskop sinar gamma dengan cakupan luas yang dirancang untuk mempelajari fenomena energi tinggi di alam semesta, termasuk suar raksasa magnetar.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR