Nationalgeographic.co.id—Desas-desus kelam menyelimuti peristirahatan terakhir Bapak Turki Modern, Mustafa Kemal Atatürk.
Bukan sekadar kabar angin, narasi mengerikan tentang penolakan bumi terhadap jasadnya dan aroma busuk yang konon menyeruak dari pusaranya telah lama beredar, bahkan menemukan jalannya di antara hasil pencarian daring.
Di Indonesia sendiri, sosok yang namanya sempat mencuat dalam polemik penamaan jalan di Jakarta pada 2021 silam, bukannya tanpa kontroversi. Penolakan dari berbagai pihak, termasuk Majelis Ulama Indonesia, mewarnai perdebatan seputar penghormatan terhadapnya.
Lebih jauh dari sekadar perdebatan nama jalan, sebuah pertanyaan besar mengemuka di tengah berbagai klaim yang beredar: benarkah tempat peristirahatan terakhirnya menyimpan misteri yang mengerikan, sejalan dengan anggapan sebagian pihak yang melihatnya sebagai tokoh sesat?
Untuk menjawabnya, mari kita menelisik Anıtkabir, monumen megah yang menjadi saksi bisu disemayamkannya jasad Mustafa Kemal Atatürk.
Anıtkabir: Memorial Abadi untuk Bapak Bangsa Turki
Mustafa Kemal Atatürk, sang pendiri Republik Turki, pemimpin cemerlang dalam Perang Kemerdekaan dan Revolusi Turki, mendedikasikan 57 tahun hidupnya untuk negaranya.
Beliau wafat pada 10 November 1938, setelah berjuang demi kemerdekaan dan memimpin serangkaian reformasi yang mentransformasi Turki menuju peradaban modern. Visi Atatürk membawa Turki ke panggung dunia modern dengan segala institusinya, meninggalkan warisan yang tak terhapuskan.
Di tengah duka mendalam, muncul keinginan kuat dari bangsa Turki untuk membangun sebuah mausoleum yang megah, yang tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhirnya, tetapi juga simbol keagungan, prinsip, dan ide-ide modernisasi yang diusungnya. Keputusan untuk membangun monumen tersebut pun diambil.
Memilih Lokasi yang Layak
Pencarian lokasi yang tepat untuk mausoleum Atatürk, seperti dilansir laman whoisataturk.com, dimulai tak lama setelah kepergiannya.
Baca Juga: Mustafa Kemal Ataturk: Hancurkan Ottoman, Jadi Presiden Pertama Turki
Sebuah komisi dibentuk pada 6 Desember 1938. Komisi ini mendengarkan masukan dari para ilmuwan dan arsitek terkemuka, baik lokal maupun internasional, termasuk ahli tata kota Prof. Jahsen, arsitek Gedung Parlemen Prof. Holzmeister, dan arsitek Prof. Taut.
Pertemuan kedua komisi pada 16 Desember 1938 meninjau berbagai usulan lokasi seperti Çankaya, Museum Etnografi, bukit di belakang TBMM, Kastil Ankara, dan lain-lain.
Namun, lokasi-lokasi ini dinilai kurang sesuai karena pertimbangan nilai historis, area hijau, maupun posisi yang terlalu di pusat atau terlalu jauh dari kota.
Pada pertemuan terakhir komisi tanggal 17 Januari 1939, Deputi Trabzon, Mithat Aydın, mengusulkan Rasattepe. Bukit ini dianggap paling pantas karena letaknya di tengah kota dan cukup tinggi sehingga monumen akan terlihat dari kejauhan.
Deputi Kütahya, Süreyya Özgeevren, mendukung usulan tersebut, menyatakan bahwa Rasattepe "bagaikan bintang di tengah bulan sabit" bagi Ankara. Deputi Icel, Emin Inankur, menambahkan bahwa Atatürk sendiri pernah mengagumi bukit tersebut, berujar, "Sungguh tempat monumental yang indah bukit ini."
Setelah mendengarkan penjelasan tersebut, lokasi di Rasattepe diterima oleh mayoritas anggota komisi.
Proses Perancangan dan Pembangunan
Setelah lokasi ditetapkan, komisi merumuskan kualifikasi umum untuk Anıtkabir. Spesifikasi untuk Anıtkabir Free Project Competition disusun dalam bahasa Turki dan Prancis. Kompetisi ini diumumkan pada 1 Maret 1941, di tengah berkecamuknya Perang Dunia II.
Awalnya diberi waktu 8 bulan, jangka waktu kompetisi diperpanjang 4 bulan lagi karena skala proyek yang besar. Juri imparsial yang terdiri dari seniman dan arsitek ternama dibentuk. Kompetisi ini menarik partisipasi 47 proyek dari berbagai negara seperti Turki, Jerman, Italia, Austria, Swedia, Prancis, dan Cekoslowakia.
Tiga proyek dinyatakan sebagai pemenang, dipimpin oleh Prof. Johannes Kruger, Prof. Emin Onat dan Assoc. Orhan Arda, serta Prof. Arnaldo Foschini. Lima proyek lain mendapat pujian.
Baca Juga: Diplomasi Aceh-Ottoman Libatkan Tentara Turki Bernama Lutfi
Juri tidak meranking ketiga pemenang, menyerahkan keputusan akhir kepada pemerintah. Setelah itu, komisi baru dibentuk untuk meninjau dan mengintegrasikan perubahan yang disarankan juri.
Proyek karya Prof. Emin Onat dan Assoc. Orhan Arda akhirnya dipilih dan diselesaikan pada 7 Oktober 1943. Dewan Menteri memutuskan pelaksanaan proyek ini pada 18 November 1943. Pembangunan Anıtkabir dimulai dengan upacara megah pada 9 Oktober 1944 dan dilaksanakan dalam 4 tahap selama 9 tahun.
Peristirahatan Abadi dan Warisan yang Menetap
Jenazah Mustafa Kemal Atatürk, yang disemayamkan sementara di Museum Etnografi selama 15 tahun, akhirnya dipindahkan ke Anıtkabir. Proses pemindahan dimulai pada 4 November 1953, diikuti upacara penghormatan selama beberapa hari.
Tepat 15 tahun setelah wafatnya, pada 10 November 1953, jenazah Sang Pemimpin Besar dimakamkan di Anıtkabir dalam sebuah upacara penuh haru. Setelah upacara resmi, Anıtkabir dibuka untuk umum. Ribuan orang segera memadati situs ini, bahkan 70.000 orang tercatat mengunjungi pada 19 November 1953. Anıtkabir menjadi simbol kebanggaan dan persatuan nasional, tempat jutaan orang datang setiap tahun untuk menghormati warisan Atatürk.
Monumen ini juga menjadi pengingat akan dedikasi Atatürk terhadap bangsa, seperti saat ia memecah kebuntuan di Çanakkale dengan seruan tegas, "Beginilah kalian maju!", atau ketika peluru musuh memecahkan arlojinya namun ia selamat.
Atatürk percaya bahwa tugas mengabdi kepada bangsa tidak akan pernah berakhir, bahkan setelah ia tiada, seperti yang diucapkannya di Afyon tahun 1925: "Sahabat-sahabatku, tugas 'mengabdi kepada bangsa dan negara' ini tidak akan berakhir. Ia akan terus berlanjut bahkan setelah aku menjadi tanah."
Ia juga yakin akan keabadian Republik Turki, seperti yang diungkapkannya di Izmir tahun 1926 setelah rencana pembunuhan: "Tubuhku yang hina ini suatu hari pasti akan menjadi tanah. Akan tetapi, Republik Turki akan abadi selamanya."
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
KOMENTAR