Nationalgeographic.co.id—Spinosaurus juga merupakan satu dari tiga teropoda terbesar sepanjang masa. Dinosaurus yang menjadi bintang Jurassic World itu hidup di daerah yang kini bisa dikenali sebagai Afrika bagian utara.
Selain ukurannya yang sangat besar, hingga 10 ton, Spinosaurus adalah dinosaurus karnivora terbesar yang pernah ada di Bumi. Mereka bahkan lebih berat daripada Giganotosaurus dan Tyrannosaurus Rex.
“Ciri Spinosaurus yang paling mencolok adalah layar yang ada di bagian punggungnya,” tulis Bob Strauss di laman Thoughtco.
Secara ilmiah, layar itu dikenal sebagai layar punggung atau sirip. Layar ini memanjang vertikal dari punggungnya dan terdiri dari duri-duri memanjang yang dihubungkan oleh jaringan tipis. Adaptasi ini belum pernah terlihat begitu menonjol di kerajaan reptil sejak masa kejayaan Dimetrodon. Dimetrodon hidup lebih dari 150 juta tahun sebelumnya, selama periode Permian. Dan secara teknis, Dimetrodon bahkan bukan dinosaurus, tetapi jenis reptil yang dikenal sebagai pelycosaurs.
Fungsi layar Spinosaurus masih menjadi misteri. Namun ahli paleontologi telah mempersempit bidang tersebut menjadi empat penjelasan yang masuk akal. Berikut beberapa pendapat dari para ahli paleontologi.
Teori pertama: layar Spinosaurus digunakan untuk mengatur suhu tubuh
Mungkinkah Spinosaurus menggunakan layarnya untuk membantu mengatur suhu internal tubuhnya? Pada siang hari, layar tersebut akan menyerap sinar matahari dan membantu meningkatkan metabolisme dinosaurus ini. Sedangkan pada malam hari, layar tersebut akan memancarkan panas berlebih.
Salah satu bukti yang mendukung hipotesis ini adalah bahwa Dimetrodon yang jauh lebih awal tampaknya telah menggunakan layarnya dengan cara yang persis seperti ini. Dan mungkin bahkan lebih bergantung pada pengaturan suhu, karena layarnya jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh totalnya.
Masalah utama dengan penjelasan ini adalah bahwa semua bukti yang kita miliki menunjukkan bahwa dinosaurus teropoda berdarah panas. Dan karena Spinosaurus adalah teropoda yang sangat unggul, hampir dapat dipastikan bahwa Spinoaurus bersifat endotermis (berdarah panas).
Sebaliknya, Dimetrodon yang lebih primitif hampir dapat dipastikan bersifat ektotermik (berdarah dingin). Dimetrodon membutuhkan layar untuk mengatur metabolismenya. Namun jika memang demikian, mengapa tidak semua pelikosaurus berdarah dingin pada periode Permian memiliki layar? “Tidak seorang pun dapat memastikannya,” jawab Strauss.
Teori kedua: layar Spinosaurus digunakan untuk bertahan hidup
Baca Juga: Spinosaurus, Dinosaurus dalam Jurassic World yang Berburu di Air
Mungkinkah layar Spinosaurus sebenarnya adalah punuk? Karena kita tidak tahu bagaimana duri saraf dinosaurus ini ditutupi oleh kulitnya. Mungkin saja Spinosaurus dilengkapi dengan punuk tebal seperti unta yang berisi timbunan lemak yang dapat ditarik ke bawah saat kekurangan. Alih-alih sebuah layar tipis. Bila teori ini terbukti, maka dibutuhkan perombakan besar-besaran dalam cara Spinosaurus digambarkan dalam buku dan acara TV. Tetapi itu bukan hal yang mustahil.
Masalahnya adalah Spinosaurus hidup di hutan basah dan lembap serta lahan basah di Afrika pada pertengahan Zaman Kapur. Dan bukan di gurun tandus yang dihuni unta modern. Sulit untuk membayangkan bahwa punuk akan menjadi adaptasi evolusi yang disukai di tempat yang makanan (dan air) relatif berlimpah.
Teori ketiga: layar spinosaurus merupakan karakteristik seksual untuk menarik betina
Layar Spinosaurus mungkin merupakan karakteristik yang dipilih secara seksual. Jantan dari genus dengan layar yang lebih besar dan lebih menonjol akan disukai oleh betina selama musim kawin.
Jantan Spinosaurus yang berlayar besar akan mewariskan sifat genetik ini kepada keturunannya, sehingga siklus ini terus berlanjut. Sederhananya, layar Spinosaurus adalah padanan dinosaurus dari ekor burung merak. Burung merak jantan dengan ekor yang lebih besar dan lebih mencolok lebih menarik bagi betina.
Namun jika layar Spinosaurus merupakan tampilan seksual, mengapa dinosaurus pemakan daging lain pada periode Cretaceous tidak dilengkapi dengan layar? Faktanya adalah bahwa evolusi dapat menjadi proses yang sangat tidak menentu. Jadi, yang dibutuhkan dalam proses itu hanyalah nenek moyang Spinosaurus acak dengan layar dasar untuk memulai semuanya. Jika nenek moyang Spinosaurus dilengkapi dengan tonjolan aneh di moncongnya, keturunannya jutaan tahun kemudian akan memiliki tanduk alih-alih layar!
Teori keempat: layar Spinsoaurus adalah alat untuk navigasi
Baru-baru ini, sekelompok ahli paleontologi sampai pada kesimpulan yang mengejutkan bahwa Spinosaurus adalah perenang yang ulung. “Dan mungkin, pada kenyataannya, telah menjalani gaya hidup semi atau hampir sepenuhnya di laut,” Strauss menambahkan lagi.
Mereka bersembunyi di sungai-sungai Afrika utara bak seekor buaya raksasa.
Jika demikian halnya, maka kita harus menerima kemungkinan bahwa layar Spinosaurus merupakan semacam adaptasi laut untuk navigasi. Seperti sirip hiu atau tangan berselaput anjing laut.
Ada beberapa bukti pendukung dari teori-teori di atas, seperti:
Penjelasan manakah yang paling masuk akal? Nah, seperti yang akan dikatakan oleh ahli biologi mana pun, struktur anatomi tertentu dapat memiliki lebih dari satu fungsi. Lihatlah berbagai tugas metabolisme yang dilakukan oleh hati manusia. Kemungkinannya adalah layar Spinosaurus berfungsi terutama sebagai alat untuk menunjukkan seksualitas. Tapi mungkin juga berfungsi sebagai mekanisme pendinginan, tempat penyimpanan lemak, atau navigasi.
Sampai lebih banyak spesimen fosil ditemukan, kita mungkin tidak akan pernah tahu jawabannya secara pasti. Sayangnya, hingga kini sisa-sisa Spinosaurus masih langka.
Keberadaan layar di punggungnya membedakan Spinosaurus dari dinosaurus lain. Fungsi pasti dari layar sang bintang Jurassic World itu masih menjadi bahan perdebatan ilmiah. Namun jelas bahwa adaptasi luar biasa ini memainkan peran penting dalam kehidupan predator purba ini.
Fitur unik ini terus membingungkan sekaligus memukau para ilmuwan. Juga mengingatkan kita akan keanekaragaman dan adaptasi luar biasa yang terlihat pada makhluk prasejarah.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | ThoughtCo. |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR