Ia memiliki kepala berparuh kecil, perut besar. Menurut beberapa fosil kerabat dekatnya yang terpelihara dengan baik, Therizinosaurus memiliki bercak-bercak bulu lebat seperti rambut di punggung, lengan, dan ekornya.
Cakarnya, yang disebut ungual oleh paleontologis, tidak hanya panjang tetapi juga berbentuk menakutkan, menyerupai linggis.
Meskipun memiliki beberapa persenjataan yang tampak paling mematikan dari semua dinosaurus, Therizinosaurus bukanlah predator puncak. Bahkan, ia adalah herbivora, dan cukup lambat. Therizinosaurus memilih gaya hidup vegetarian, memanfaatkan tinggi badannya untuk memetik buah, bunga, dan daun dari puncak pohon.
Tidak diketahui pasti apa kegunaan cakar Therizinosaurus yang seperti linggis. Sebagian orang mengira cakar itu mungkin digunakan untuk pertahanan, sementara yang lain menganggapnya sebagai alat untuk menyapu tumbuhan menjadi tumpukan besar yang lezat.
Tarchia
Tarchia termasuk dalam kelompok dinosaurus yang dikenal sebagai ankylosaurus. Dinosaurus ini bergerak lambat dan memiliki tubuh seperti tank, dilapisi oleh lempengan tulang tebal yang disebut osteoderm. Mereka juga memiliki ekor besar yang ujungnya dilengkapi dengan pentungan berat.
Seperti ankylosaurus lainnya, Tarchia menggunakan pentungan di ekornya untuk melindungi diri dari pemangsa. Hanya satu sambungan dari pentungan ekor ini mungkin sudah cukup untuk mematahkan tulang dan akan membuat banyak dinosaurus enggan mendekati Tarchia.
Namun, pentungan-pentungan ekor ini tidak hanya digunakan untuk mengusir predator. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan pada tahun 2022 menunjukkan bahwa pentungan ekor ankylosaurus yang ikonik digunakan terutama untuk bertarung satu sama lain.
Tarchia hidup di Mongolia selama periode Cretaceous akhir, dari 75 juta tahun lalu hingga 70 juta tahun lalu. Ia adalah herbivora yang relatif menyendiri yang memiliki selera khusus terhadap tanaman sukulen yang mudah dikunyah.
Berdasarkan fosil tengkorak Tarchia yang menunjukkan bekas gigitan dari sepupu dekat T. rex yakni Tarbosaurus, kita mengetahui bahwa beberapa predator cukup berani (atau mungkin cukup putus asa) untuk memburu ankylosaurus ini.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR