Tahun 2025 ini adalah tahun ketujuh Rahmat bekerja sebagai kurir di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir alias JNE. Sebelumnya, ia bekerja sebagai penagih utang atau debt collector di sebuah bank pelat merah selama dua tahun. Pada 2018 ia memilih mengakhiri masa kerjanya di bank tersebut.
“Kagak bisa menjiwai,” ucap Rahmat soal pekerjaan lamanya. “Enggak ada maknanya. Kita cuman datang, tagih, bayar, kita pulang. Datang, tagih, bayar, kita pulang.”
Lebih dari itu, Rahmat merasa pekerjaannya sebagai penagih utang justru kerap membawa kecemasan dan ketakutan bagi orang-orang yang ia datangi. “Pas pertama kali saya masuk ke JNE jadi kurir, ya kita melihat customer, kita datang, mereka bahagia, ya kita ikut seneng. Beda saat dulu jadi penagih utang, mereka malah menjauh gitu, kayak takut.”
Pintu yang terbuka dan senyum tulus kini hampir selalu menyambut kedatangan Rahmat. Berbeda dengan dahulu, justru pintu yang tertutup dan senyum kecutlah yang kerap ia hadapi.
“Jadi kita melihat, kita datang bukannya kita disambut, malah pintu ketutup rapet bener. Jadi kita harus bener-bener kayak maling gitu, ketuk-ketuk pintu. Jadi saya datang, mereka kabur. Saya kabur, dia buka pintu. Jadi malah kita kayak kucing-kucingan kalau debt collector itu,” kenangnya.
Kini, sebagai “pengantar kebahagiaan”, Rahmat terbiasa menjumpai senyum tulus penuh bahagia yang terpancar dari para pelanggan. Banyak orang menunggu kedatangannya untuk mengantarkan paket.
“Jadi ketika motor hilang, kita melihat lagi ke belakang masih banyak orang yang membutuhkan kita sebagai kurir untuk mengatakan paket-paket mereka,” ujar Rahmat. “Jadi walaupun motor kita hilang, kita masih bisa semangat untuk bekerja untuk mengantar kebahagiaan kepada mereka-mereka.”
Membantu Menyelamatkan Kehidupan
Ada banyak momen menyentuh hati yang pernah Rahmat alami selama menjadi kurir. Salah satunya adalah di masa pandemi COVID-19. Rahmat terkenang sering mengantarkan paket makanan ke Seminari Bethel di Petamburan selama tahun 2020, pada masa awal pagebluk.
Berdasarkan riwayat pemberitaan dari media-media nasional, pada April 2020 dikatakan ada 98 orang di Seminari Bethel yang terinfeksi COVID-19. Sebanyak 98 orang tersebut merupakan para siswa dan mahasiswa sekolah teologi yang menghuni asrama Seminari Bethel.
“Kita paginya anter ke situ, tiba-tiba siangnya ada berita lockdown. Satu gedung itu katanya terpapar COVID. Di situ kita sempet takut juga, ya. Namanya juga manusia. Takut,” Rahmat masih mengingat jelas momen tersebut.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR