Dalam sehari Mulyana bisa menjemput (memberikan layanan pick up) hingga sekitar 20 paket. Dan dalam sebulan ada sekitar 500 paket yang ia jemput dari total 1.500 paket yang kemudian ia kirim ke kantor perwakilan untuk diproses lebih lanjut. Mulyana mengatakan tidak semua kantor agen menyediakan layanan penjemputan paket secara gratis ini. “Jadi filosofi dari si bos di agen saya: Lebih baik kita menjemput bola daripada kita menunggu bola,” ungkap Mulyana.
Meski menyediakan layanan penjemputan paket, kantor agen tempat Mulyana bekerja juga menerapkan batasan waktu dan lokasi paket yang bisa dijemput. Yaitu selama jam kerja antara Senin hingga Jumat dari pagi hingga malam dan Sabtu dari pagi hingga siang. Lokasi penjemputan adalah di sekitar wilayah Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.
Salah satu tugas Mulyana, yakni menginput data pengiriman, membuatnya harus terbiasa mengoperasikan komputer. Ini adalah kali pertama bagi pria yang hanya lulusan SD itu bekerja dengan komputer. Sebelumnya ia hanya bekerja kasar sebagai petugas kebersihan selama dua tahun dan kemudian menjadi kernet mobil pengangkut logistik lintas Jawa-Sumatra di kantor yang berbeda selama sembilan tahun.
“Dulu training-nya itu sama sales JNE Pusat. Salesnya ke sini, datang ngajarin begini,”ujar Mulyana. “Training di Mekarsari sekitar sebulan-dua bulanan.”
Mulyana bersyukur kini bisa bekerja di agen ini. Memperoleh keterampilan dan pengalaman baru. Dan yang terpenting, mendapatkan makna baru dalam hidupnya dan menyadari bahwa ternyata dirinya masih bisa bermanfaat bagi banyak orang lain. Membantu para penjual daring menjalankan usaha mereka dan menolong banyak pelanggan lain yang perlu mengirimkan barang-barang penting ke keluarga atau kenalan mereka.
Sebelumnya, Mulyana sempat depresi berat karena istrinya kabur meninggalkan ia dan anak laki-lakinya. “Rumah tangga kan emang hancur, ya. Hancur dari segi ekonomi. Istri lari sama orang lain. Terus dari situ saya mungkin kalau enggak diselamatin sama guru saya, yang sekarang jadi bapak angkat saya, mungkin saya jadi orang gila.”
Dari kondisi putus asa dengan hidupnya yang “hancur-hancuran” dan hampir menjadi gila, kini Mulyana justru menjadi pribadi yang penuh harapan. Ia terus berupaya sebaik mungkin merawat putra semata wayangnya. Ia juga berusaha agar bisa menolong sebanyak mungkin orang yang membutuhkan. Salah satunya dengan menjemput harapan para pelanggan yang meminta paket-paket mereka untuk dijemput dan dikirimkan. Termasuk para pelanggan yang merupakan para penjual daring.
“Saya juga berharap ya seller itu semakin laris usahanya. Harapan saya gitu. Karena kan kebagian kita juga imbasnya. Semakin penjualannya dia bagus, semakin banyak paketnya, ya omset kita juga semakin naik. Jadi sama-sama membantu kalau gitu,” ujar Mulyana yang mengaku senang setiap mendapatkan bonus dari kantor dan tak pula menolak uang tip atau barang hadiah dari pelanggan.
Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Mulyana adalah mendapat ucapan tulus dari salah satu pelanggannya. Meski si pelanggan tak memberi tip, Mulyana tahu si pelanggan benar-benar tulus mengucapkan terima kasih.
Kejadian itu bermula pada Minggu malam saat Mulyana sebenarnya sedang libur bekerja. “Udah jam 10 malam. Posisi saya lagi itu masih di rumah,” kenangnya.
Seorang pelanggan meminta bantuan Mulyana untuk mengirimkan obat yang sangat penting untuk orang tuanya yang ada di Surabaya. “Saya abis bangun tidur. Saya mandi, enggak sempat makan. Malem-malem itu. Terus jemput obatnya. Saya kirim itu bukan ke agen saya, tapi ke agen yang masih buka,” tutur Mulyana.
Hari Minggu malam paket obat dikirim. “Paketnya sampai Senin sore. Dari Depok ke Surabaya. Setelah paketnya sampai, ibu itu ngabarin lagi, bilang, 'Terima kasih banyak, Mas. Saya sangat senang atas bantuan Mas yang tanpa pamrih’.”
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR