“Itu saya bahagia. Maksudnya, ibu itu enggak ngasih seperak pun, tapi lebih ke maknanya gitu,” ujarnya. “Satu, dapet pahala bisa ngebantu orang. Kedua, ya makna dari itu, kita sebagai manusia kan harus saling tolong-menolong. Dan tolong-menolongnya bukan cuma dengan uang, tapi kan dengan tenaga. Bisa lewat apa aja, kan?” ucapnya retoris.
Peran Kurir dalam Pertumbuhan Usaha Bisnis Daring
Laporan bertajuk Statistik Pergudangan, Ekspedisi, dan Kurir 2024 yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa rata-rata transaksi pengiriman paket/barang yang dilakukan oleh perusahaan ekspedisi dan kurir paling banyak terjadi di Jawa Bali sebesar 198.313 transaksi per tahun, diikuti Sulawesi, Sumatara, Kalimantan, dan Nusra, Maluku, Papua. Secara umum, pemesanan layanan pengiriman ini dilakukan lewat metode konvensional, kecuali Jawa Bali yang lebih banyak menggunakan metode daring.
Sejatinya, layanan ekspedisi memang merupakan urat nadi ekosistem bisnis daring atau e-commerce. Salah satu kelompok yang paling merasakan manfaat layanan tersebut adalah para pengusaha dan penjual daring. Satu contoh di antaranya adalah Cahya Febri Aziz (34 tahun), pemilik Hamzi.id & Little Zizu.
Sejak 2018, pegiat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Sawangan, Depok, itu sudah merintis bisnis penjualan pakaian anak muslim dengan menjual produk brand orang lain. Lalu sejak 2022, di tengah masa pandemi, ia memberanikan diri membuat brand pakaian anak muslim sendiri berjenama Little Zizu.
Dahulu pada 2018 ia hanya mampu menjual dan mengirim sekitar 10 paket sehari. “Apalagi pernah sampai satu hari itu pernah enggak ada orderan sama sekali. Kalau sekarang alhamdulillah setiap hari kan pasti ada lah gitu. Alhamdulillah,” ujar Aziz yang mengungkap kini jumlah paket yang ia kirim adalah sekitar 100 per hari. Sekarang, omset bisnisnya sudah mencapai Rp2 miliar per tahun. Ia sudah punya lima orang karyawan tetap dan satu tim mitra penjahit konveksi yang terdiri atas lima orang.
Sejak 2018 hingga sekarang, Aziz telah terbiasa memanfaatkan layanan perusahaan ekspedisi untuk mengirimkan paketnya. “Dulu 2018 JNE tuh kayak rajanya lah. Dulu merajai. 2018 itu, orang itu trust-nya tuh ke JNE. Orang maunya kirim ke JNE. Enggak banyak pilihan lain saat itu,” tutur ayah dua anak itu. “Kepercayaan orang ketika ditanya mau ngirimnya pake apa? ‘JNE aja,’ gitu. Orang enggak percaya ekspedisi lain. Orang khawatir kalau pake yang lain.”
Aziz mengatakan keberadaan perusahaan ekspedisi tersebut dan para kurirnya sangatlah penting dan begitu membantu operasional bisnisnya. “Kalau penting, penting banget. Malah itu melekat. Dipastikan orang yang berjualan online pasti harus partner-nya perusahaan ekspedisi. Enggak mungkin enggak,” tegasnya.
Presiden Direktur JNE, M. Feriadi Soeprapto, pernah mengungkapkan kebanggaannya untuk bisa menjadi bagian dari ruang lingkup perkembangan UMKM. Dia menegaskan bahwa perusahaannya “terus berkomitmen memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggan dan berkontribusi dalam ekosistem UMKM.”
Kurir dalam Sejarah dan Budaya Populer
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR