“Cuma kita berpikir lagi kalau misalkan di situ areanya mati, orang susah untuk keluar, otomatis kan diisolasi. Jadi kebanyakan dari orang luar sana ngirim makanan itu ke sana. Jadi kalau makanan ini enggak sampai, kasihan mereka-mereka yang di dalam. Jadi itu buat motivasi saya, ‘Ya udahlah, bismillah, kalau kita niat baik, penyakit jauh.’ Dari situ kita punya motivasi, ya udah kita kirim makanan ke sana.”
Rahmat mengatakan, sebagian siswa dan mahasiswa Seminari Bethel itu kemudian dirujuk dan dipindahkan ke RS Wisma Atlet di Kemayoran. “Sebagian itu masih ada di situ. Jadi ya yang sebagian di situ, orang tuanya pada ngirim makanan.”
Rutin mengantarkan paket makanan setiap hari untuk orang-orang yang sedang berjuang melawan penyakit COVID-19 memberikan motivasi tersendiri bagi Rahmat. “Motivasi saya, ‘Oh, ya udah, lo harus bertahan hidup, biar mereka juga bertahan hidup.’ Itu yang membuat buat saya tuh merasa pekerjaan ini ya bener-bener ada tantangan, ada kemuliaan juga. Bukan cuma rutinitas bekerja. Tapi ada maknanya.”
Pengalaman lain yang membekas di hati Rahmat adalah ketika dia harus mengirimkan paket berisi ponsel pintar baru ke sebuah rumah di area permukiman kelas bawah di Petamburan. Menurut Rahmat, ponsel pintar itu dipesan oleh seorang ibu untuk kebutuhan sekolah anaknya.
Maklum, selama virus corona mengganas, demi mencegah penularan, anak-anak sekolah di Indonesia telah diminta dan dibiasakan untuk menjalani sekolah dari rumah alias sekolah daring sehingga ponsel pintar kemudian menjadi barang kebutuhan bagi para pelajar, bahkan hingga sesudah masa pandemi.
“Kan, sekarang anak-anak sekolah pakai handphone. Jadi handphone itu butuh buat anaknya itu. Ya, yang pesan bener-bener dari orang menengah ke bawah lah,” tutur Rahmat. “Buat nyari duit itu susah payahnya gimana saya juga bisa ngerasain, lah. Jadi buat anak diutamakan untuk beli handphone itu. Dia beli pesan online.”
Setelah menerima paket ponsel dan ponsel itu bisa berfungsi dengan baik, si pemesan dan anaknya tampak sangat senang dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Rahmat. Hati Rahmat pun terasa hangat mengingat ia juga punya istri dan seorang anak yang perlu sekolah.
Banyak pengalaman lain yang juga masih Rahmat ingat. “Dari semua kalangan, kita juga pernah lihat, entah itu dari orang tua, anak kecil, atau yang dewasa. Ketika paket datang, itu kesenangan bagi dia itu, wah, sangat luar biasa. Apalagi yang namanya orang tua itu yang suka mesen obat, herbal. Itu ketika herbalnya datang, obatnya datang, itu senang banget. Saya ikut senang merasa bisa bantu nyelametin orang yang sedang sakit.”
Menjemput Harapan
Ada kurir yang bekerja mengantarkan paket. Ada pula kurir yang bertugas menjemput paket. Mulyana (34 tahun) adalah salah satu dari kelompok yang terakhir.
Mulyana bekerja sebagai Sales Counter Officer (SCO) di kantor agen JNE Harjamukti Depok. Tugasnya mencakup mencari pelanggan baru, membantu menginput data pengiriman paket, hingga menjemput paket dari lokasi rumah atau toko pelanggan. Bersama paket-paket lain yang para pelanggan bawa langsung ke kantor agen tersebut, Mulyana kemudian mengantarkan paket-paket yang telah ia jemput itu ke kantor perwakilan JNE Mekarsari di Jalan Raya Bogor.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR