Cha Huilan yang tinggal di pegunungan Tiongkok, harus menggantungkan nyawanya pada seutas jembatan kabel setiap ingin menyebrang sungai. Terutama ketika ia harus keluar dari desa untuk membeli obat ibunya.
Menggunakan perahu adalah hal yang mustahil bagi penduduk Lazimi. Jalan dan jembatan juga tidak mungkin dibangun di atas sungai Nu yang berbatu dan berbuih karena terlalu berbahaya. Dalam bahasa Tiongkok, sungai Nu berarti ‘sungai yang marah’.
“Jika ada jembatan, tentunya akan lebih baik. Namun, saat ini, kami belum bisa membuatnya,” kata Huilan.
Baca juga: Foto-foto Menakjubkan Dari Jembatan Akar Hidup di India
Menurutnya, jembatan kabel adalah satu-satunya cara terbaik untuk menyebrang sungai. Meskipun, anak perempuannya harus berpegangan erat padanya setiap melintasi jembatan tersebut.
Para penduduk desa yang berasal dari suku Lisu dan sangat relijius, juga harus melintasi kabel setiap hari Minggu untuk menjalani ibadah di gereja-gereja terdekat.
Penduduk pegunungan ini menerapkan kecerdikan mereka saat membangun jembatan kabel yang cenderung menurun tersebut. Mereka mengandalkan gravitasi untuk menyebrangi sungai Nu, yang mengular dari Tibet hingga perbatasan Tiongkok-Myanmar.
Ada sekitar 20 hingga 30 dusun yang bergantung pada jembatan kabel untuk melintasi sungai. Sebenarnya, ini membahayakan nyawa mereka karena kabel terkadang sangat licin dan sulit digunakan saat musim hujan.
Baca juga: Rasakan Tegangnya Melintasi Jembatan Pejalan Kaki Terpanjang di Dunia
Desa lain di wilayah Fungong, sekitar delapan jam perjalanan dari Lazimi, juga bergantung pada kabel. Namun, kini, mereka mulai terhubung ke dunia luar dengan adanya jembatan yang dibangun oleh proyek pembangunan jalan.
“Saat ini, kondisi di Fugong sudah lebih baik. Mereka mulai membangun jembatan sehingga kabel pun dilepaskan,” kata Yun Zeging, insinyur yang menangani jembatan kabel di salah satu desa di Fungong.
“Namun, saat tidak memiliki jembatan, kami benar-benar bergantung pada kabel itu,” katanya.
Source | : | New York Post |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR