Pada awal abad ke-20, ribuan orang Salvador bermigrasi dari negara asal mereka El Salvador ke negara tetangga, Honduras. Ini terjadi karena adanya penindasan dan iming-iming tanah murah di Honduras.
Pada 1969, sekitar 350 ribu warga Salvador telah melintasi perbatasan.
Namun, situasi imigran di Honduras cukup buruk. Pemerintah Honduras mendapat tekanan dari para warga setempat untuk menciptakan reformasi yang mampu menjaga kekayaan negara dari para imigran.
Baca juga: Melalui Gerakan Pemuda Hitler, Nazi Mendoktrin Jutaan Anak-anak Jerman
Pada 1966, pemilik tanah di Honduras bahkan membentuk National Federation of Farmers and Livestock-Farmers dengan tujuan untuk melindungi ‘harta’ mereka.
Diliputi oleh rasa nasionalisme yang tinggi, penduduk asli Honduras mulai menyerang imigran Salvador – melibatkan pemukulan, penyiksaan, dan pembunuhan.
Di awal 1969, ketegangan semakin meningkat setelah reformasi tanah diberlakukan di Honduras. Undang-undang ini menyita tanah dari imigran Salvador, lalu mendistribusikannya ke penduduk asli Honduras.
Saat ketegangan tumbuh di perbatasan, kedua negara ini bertemu dalam serangkaian pertandingan pada babak kualifikasi Piala Dunia 1970.
Pertandingan pertama diselenggarakan pada 6 Juni di Tegucigalpa dengan kemenangan Honduras. Sementara, pertandingan selanjutnya yang berlangsung pada 15 Juni, dimenangkan oleh El Salvador dengan skor 3-0.
Konflik antara kedua negara semakin meningkat di kedua pertandingan tersebut. Permainan mereka diliputi oleh kerusuhan. Baik Honduras maupun El Salvador saling menampilkan nasionalisme yang ekstrem
Aksi-aksi suporter juga semakin menyulut konflik. Media melaporkan, terjadi pemukulan, pembakaran mobil, serta kekerasan lainnya.
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR