Populasi narapidana di penjara Texas memang meningkat pesat setelah Perang Saudara. Namun, jumlahnya tidak seimbang: pria kulit hitam lebih banyak. Menurut Texas State Historical Association, dari 1870 hingga 1912, 60% tahanan di Texas adalah penduduk kulit hitam.
Di ladang tebu, kondisi narapidana yang bekerja di sana sangat buruk. Mereka terinfeksi penyakit dari nyamuk, mengalami kekerasan fisik, dan masalah lainnya. Perkebunan tebu di Sugar Land lalu dikenal dengan nama “Hellhole on the Brazos”.
Penemuan kerangka
Setelah Fort Bend Independent School District menghubungi arkeolog, sekelompok peneliti dari Southern Methodist University, University of Texas dan Mississippi State University, mulai menggali dan mengobservasi sisa-sisa manusia tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa kerangka itu berasal dari 1878 hingga 1910 – sesuai dengan waktu Texas berhenti menyewa narapidana untuk bekerja di ladang tebu.
Dari kerangka-kerangka yang berhasil diuji hingga saat ini, hampir semuanya milik pria keturunan Afrika-Amerika. Hanya ada satu kerangka perempuan. Usia mereka sekitar 14-70 tahun.
Baca juga: Gelombang Panas Memunculkan Sejumlah Situs Sejarah yang Hilang
Para arkeolog menemukan fakta bahwa tulang-tulang mereka mengalami cacat – menunjukkan stres berulang akibat kerja paksa. Peneliti juga menemukan peralatan berkarat serta rantai yang kemungkinan dikenakan para pekerja.
Reginald Moore, pendiri Texas Slave Descendants Society, berusaha mengungkap bagaimana AS mengeksploitasi tenaga kerja kulit hitam. Baginya, penemuan kerangka yang diduga budak ini, menandai puncak pencarian keadilan yang sudah dilakukannya sejak 1990-an.
Moore berharap dapat menerima pengakuan kesalahan dari AS untuk menghargai para budak dan narapidana tanpa nama yang turut membangun Texas -- dan negara tersebut.
“Ini penemuan yang luar biasa. Namun, saya juga sedih di saat yang sama. Penemuan ini berarti bahwa kerja paksa memang benar-benar terjadi kepada mereka,” paparnya.
Source | : | Sarah Pruitt/History |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR