Nationalgeographic.co.id - Kita terbiasa melihat lalat sepanjang waktu. Terkadang, mereka hinggap di piring makanan Anda atau beterbangan di sekitar tempat sampah. Namun, seberapa sering kita melihat lalat melakukan sesuatu yang menakjubkan seperti bernapas di dalam air?
Danau Mono, California, adalah rumah bagi lalat alkali yang aneh dan berbulu (Ephydra hians). Kini, peneliti telah menemukan bahwa lalat "penyelam" ini mampu bertahan di perairan danau yang sangat basa, menerobos ke dalam air untuk makan dan bertelur. Rambut di tubuh mereka membantu menciptakan gelembung udara di sekitar mereka, yang berfungsi sebagai paru-paru eksternal.
Baca juga: Desa Kuno yang Baru Ditemukan Ini Berusia Lebih Tua dari Piramida Giza
Penelitian ini dilakukan oleh Floris van Breugel, seorang penerima beasiswa National Geographic Society for Exploration and Research dan kandidat pasca doktoral di University of Washington. National Geographic Society mendanai van Breugel untuk mempelajari lalat yang menghuni Danau Mono. Menurutnya, lalat-lalat tersebut berjenis sama.
Hal itu mengingatkannya kepada tulisan Mark Twain sekitar 150 tahun yang lalu dalam bukunya Roughing It—mereka benar-benar menarik untuk ditonton.
Jumlah lalat yang mendiami tepian danau sangatlah mencengangkan. Jumlah mereka begitu banyak, sehingga dalam sebuah kartu pos bisa ada lebih dari 2.000 lalat. van Breugel memperkirakan bahwa pada puncak musim panas, sekitar 100 juta lalat alkali dapat “eksis” di sekitar Danau Mono.
Hal ini benar-benar mulai menarik, baik ketika Anda melihatnya lebih dekat. "Anda bisa melihat mereka benar-benar masuk ke dalam air dalam gelembung udara kecil," katanya.
Memecahkan Misteri
Van Breugel dan timnya berangkat dengan tujuan untuk memahami bagaimana lalat alkali Danau Mono dapat merangkak masuk ke dalam air, yang tiga kali lebih asin dan jauh lebih basa daripada lautan, tanpa menjadi basah. Satu-satunya makhluk yang diketahui menghuni Danau Mono sepanjang tahun adalah ganggang fotosintesis dan sejenis udang kecil. Penelitian ini dipublikasikan oleh Prosiding National Academy of Sciences.
Para ilmuwan membangun sebuah sensor yang mampu mengukur kekuatan kecil dan kemudian memperlakukan lalat alkali dengan cara yang berbeda. Secara mengejutkan, mereka menemukan bahwa air danau yang berkonsentrasi tinggi membuat lalat menjadi lebih mudah untuk masuk ke dalam air, berlawanan dengan larutan dengan kandungan garam dan mineral yang lebih sedikit. Hal ini disebabkan adanya sodium karbonat, atau soda cuci. Senyawa ini secara historis juga digunakan untuk memproses mumi di Mesir kuno.
Natrium karbonat membuat lalat alkali lebih sulit untuk tetap kering, karena air lebih mudah masuk ke dalam ruang di antara rambut mereka. Respons evolusi alkali lalat berbulu telah menghasilkan lebih banyak rambut—36 persen lebih banyak daripada lalat lainnya yang diuji oleh tim tersebut. Rambut lalat tersebut juga dilapisi lilin khusus yang membantu mengeringkan rambut. Fitur ini memiliki konsep yang sama seperti pemolesan mobil atau sepatu Anda untuk membuat mereka lebih tahan cuaca.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR