Nationalgeographic.co.id - Sebuah asteroid sepanjang satu mil yang memiliki bentuk seperti kudanil memiliki potensi bertabrakan dengan Bumi.
Para astronom pertama kali melihat penampakan asteroid dekat Bumi ini pada 2003. Dikenal dengan nama SD220, ia memiliki bentuk seperti kudanil yang sedang berendam di sungai.
Pada Sabtu (23/12) lalu, asteroid ini terbang dengan jarak 1,8 juta mil dari Bumi. Ini merupakan jarak terdekat yang pernah ia lewati.
Baca Juga : Perjalanan Terjauh NASA di Tata Surya, Melewati Ultima Thule yang Dingin
Sejak ditemukan pada 2003, SD220 menjadi salah satu "objek dekat Bumi" yang selalu diawasi astronom karena dapat menghantam Bumi.
Asteroid kudanil ini pun masuk ke dalam kategori berbahaya–mengingat ukurannya yang besar dan jaraknya yang sangat dekat dengan Bumi.
Meski begitu, menurut gambar radar, saat ini ia tidak sedang berada di jalur tabrakan.
Dalam hasil pengamatan tersebut, terlihat fitur permukaan SD220 yang mencolok, yaitu seperti punggung yang tampak membungkus sebagian asteroid di dekat salah satu ujungnya.
Lance Benner, pemimpin observasi dari Jet Propulsion Laboratory, mengatakan, 'punggung' tersebut membentang sekitar 1000 meter di atas medan sekitarnya. Banyak titik kecil terlihat pada gambar yang diambil, kemungkinan hasil refleksi dari batu besar di sana.
"Gambar radar memberikan hasil mendetail yang belum pernah terjadi sebelumnya. Itu juga menunjukkan fitur gelap dan melingkar di bagian tepi kanan yang kemungkinan adalah kawah," papar Benner.
Baca Juga : Astronom Temukan 'Awan Fosil' Peninggalan Ledakan Big Bang
Gambar tersebut berhasil didapat dengan cara mengkoordinasikan tiga teleskop besar: dengan antena berdiameter 70 meter milik NASA di Goldstone Deep Space Communications Complex, antena 100 meter dari National Science Foundation di Arecibo Observatory, dan antena yang berdiameter 305 meter.
Tiga teleskop tersebut mengonfirmasi dugaan para ilmuwan tentang putaran tidak biasa yang dimiliki SD220. Diketahui bahwa asteroid kudanil itu berputar secara perlahan, 12 hari sekali. Namun, bukannya berputar di sekitar poros terpendeknya–yang biasanya terjadi pada asteroid dekat Bumi lain–SD220 memiliki putaran goyah seperti bola rugby yang terlempar dengan buruk.
Peneliti mengatakan, memahami pola pergerakan asteroid tersebut dapat mengurangi risiko tabrakan dengan Bumi.
Source | : | The Independent |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR