Nationalgeographic.co.id - Para arkeolog berhasil menemukan ribuan potong perhiasan emas di sebuah pemakaman kuno di gunung Kazakhstan.
Gunung Tarbagatai yang terpencil dan berbatasan dengan Tiongkok utara, dahulu merupakan rumah bagi bangsa Saka. Para penunggang kuda ini merupakan orang-orang nomaden yang bergerak melintasi Iran, India, dan Asia Tengah selama ratusan tahun sebelum ditaklukkan oleh penjajah Turki di abad ke-4 Masehi.
Tumpukan emas yang baru ditemukan tersebut, diduga merupakan milik anggota elit dari bangsa Saka.
Baca juga: Perpustakaan dari Zaman Romawi Kuno Ditemukan di Kota Tua Jerman
Beberapa perhiasan meliputi anting berbentuk seperti bel kecil, kalung bertahtakan batu mulia, serta rantai dan lempengan emas. Terdapat bukti solder yang dianggap cukup canggih untuk artefak berusia 2.800 tahun.
Identitas kerangka yang dikubur bersama perhiasan ini tidak diketahui dengan pasti karena kuburannya belum digali sepenuhnya. Namun, menurut Zainolla Samashev, arkeolog yang bertanggung jawab atas proses penggalian ini, kemungkinan kerangka tersebut milik seorang wanita dan pria yang pernah berkuasa di masa itu.
Penemuan terkait bangsa Saka yang paling terkenal mungkin terjadi pada 1969. Kala itu, para arkeolog menemukan makam seorang pejuang terkemuka di Almaty, kota terbesar di Kazakhstan.
Ia dimakamkan di dalam sebuah peti kayu dengan 4.800 perhiasan emas, termasuk cincin, anting, pedang, dan cambuk bertahtakan emas. Ada dugaan bahwa ia bukan sekadar pejuang, tapi juga raja muda yang meninggal di usia 18.
Baca juga: Musnahnya Peradaban Maya Disebabkan Oleh Kekeringan Ekstrem
Sejak saat itu, 200 gundukan makam lainnya telah ditemukan di dataran Kazakhstan yang subur, yang dianggap sebagai surga oleh raja-raja Saka. Meski begitu, kuburan dengan perhiasan emas cukup langka.
Para ilmuwan mengatakan, wilayah tersebut kini menjadi fokus para arkeolog. Mereka berharap bisa menemukan objek berharga lainnya di sana.
“Ada banyak makam dan prospeknya sangat besar,” pungkas Yerben Oralbai, arkeolog asal Kazakhstan.
Source | : | Natasha Frost/History.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR