Nationalgeographic.co.id - Ribuan petani di Kulon Progo harus menghadapi kerugian akibat kekeringan saat kemarau panjang. Wilayah ini berada dalam status tanggap darurat kekeringan.
Status tersebut sudah mengalami tiga kali perpanjangan status. Sebelumnya itu ditetapkan pertama kali pada 25 Juli - 30 September. Tak lama, status tersebut diperpanjang pada awal Oktober 2018.
“Jika masih ada permintaan droping air bersih, tak ada hujan hingga akhir Oktober, status darurat kekeringan diperpanjang,” kata Ariadi, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kulon Progo, dilansir dari Mongabay, Rabu (31/10/2018).
Baca Juga : Kekurangan Gizi, Hewan-hewan di Kebun Binatang Akhirnya Diselamatkan
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memprediksi, hujan akan turun di minggu kedua bulan November. Meski begitu, sumber air kemungkinan belum dapat mengeluarkan air karena sebagian besar telah mengering. Ini semakin mempersulit masyarakat dalam mengakses air bersih.
Menurut BPBD Kulon Progo, pada 19 Oktober, pihaknya telah mengirimkan bantuan air sekitar 1.400 tangki. Kini, masih ada 440 tangki dan diperkirakan akan cukup hingga musim penghujan datang.
Selama kekeringan, bantuan air tersalurkan sebanyak 4.930 kali. Jumlah tersebut merupakan total dari droping air dari APBD Gunungkidul dan bantuan dari pihak lain. Setiap tangki berisi 5.000-6.000 liter air.
Tidak hanya di kabupaten Kulon Progo, kabupaten Bantul dan Gunungkidul juga mengalami kekurangan air bersih.
Kepala Pelaksana BPBD Gunung Kidul, Edy Basuki, mengatakan bahwa lima kecamatan telah masuk pada kategori zona merah.
Edy menambahkan bahwa dampak kekeringan kian meluas dan BNPB akan mempertimbangkan penetapan status tanggap darurat kekeringan di Gunungkidul.
Jika sebelumnya kekeringan di Gunungkidul berdampak pada 96.523 orang, kini bertambah menjadi 122.104 orang.
Baca Juga : Kehabisan Bahan Bakar, Teleskop Kepler Akhiri Misi Luar Angkasa
Source | : | mongabay.co.id |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR