Beberapa bagian dari buku sohor itu mengisahkan peran orang-orang asal Madura dalam organisasi pengamanan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) pada paruh kedua abad ke-18. Kongsi dagang Hindia Timur (VOC) merupakan perusahaan multinasional pertama di dunia yang mulai berdiri pada 1602—dan bangkrut pada 1799. Kongsi dagang ini istimewa lantaran mempunyai hak untuk bernegosiasi dengan negara manapun dan merekrut serdadu. Pos-pos perdagangannya terbentang dari Tanjung Harapan hingga Jepang.
Di Batavia, orang-orang Madura dan Sumenep berada dalam resimen di bawah komanda para pengeran mereka.
Sebuah garnisun yang menjaga tembok kota Surabaya, ungkap Stockdale, dipimpin oleh seorang berpangkat mayor yang sekaligus sebagai komandan seluruh serdadu Eropa dan Hindia. Sang mayor itu membawahi seratus serdadu Eropa—termasuk satu kompi resimen Württemberg yang merupakan tentara kontrakan asal Jerman. Selain itu, sang mayor juga membawahi enam kompi dari infantri asal Madura dan dua artileri asal Madura pula.
Baca Juga: Hikayat Rumah Perdesaan Milik Petinggi VOC di Palmerah
Ketika itu, pusat permukiman itu menjadi depot rekrutmen dengan para pangeran Madura dan Sumenep yang bekerja untuk kompeni. Tampaknya yang dimaksud Stockdale adalah Fort Belvidere, sebuah benteng kecil dengan lapangan arsenal di tepian Kalimas.
Sementara itu Stockdale juga memberikan pemerian tentang sebuah benteng VOC di Cirebon, yang dipersenjatai dengan empat kanon yang buruk. Kendati garnisunnya dikomandoi oleh seorang sersan dan dua kopral Eropa, seluruh awaknya hanya terdiri atas 15 serdadu asal Madura—itu pun dengan bedil yang seadanya.
Baca Juga: Benteng Makasar, Kenangan Sepetak Pecinan Tangerang di Zaman VOC