Revitalisasi OLVEH: Simbol Jakarta yang Tenggelam

By Mahandis Yoanata Thamrin, Kamis, 14 Maret 2019 | 11:02 WIB
Maket gedung kantor asuransi Onderlinge Verzekeringsmaatschappij Eigen Hulp (OLVEH) di Kota Tua Jakarta. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Lantai pertama dan kedua disewakan, sedangkan kantor OLVEH menempati lantai ketiga. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)
 
Sebuah tangga marmer didesain dengan keamanan yang baik untuk menghubungkan lantai ke lantai. Cahaya dari "sky light" jatuh menerangi area tangga.

OLVEH dan Lingkungan Kota Batavia

“Saya pro-Wolff,” ujar Boy Bhirawa kepada saya. Dia menduga bahwa arsitek yang merancang OLVEH di Batavia adalah Wolff Schoemaker. Salah satu yang menguatkan dugaannya adalah desain menara kembar yang menghias wajah gedung ini. "Lihat, atap kubah pada menara itu," kata Boy sembari menunjuk foto Gedung OLVEH masa silam di ruang pameran. "Atap kubah itu persis dengan kubah Gereja Bethel di Bandung, karya Wolff Schoemaker."

Boy merupakan  arsitek yang memugar dan melestarikan Gedung OLVEH sejak akhir 2014. Kendati gedung itu sudah diresmikan pada 17 Maret 2016 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, tampaknya upaya Boy untuk melestarikan gedung ini masih berlanjut hingga kini. Boy juga pernah memugar bangunan cagar budaya Gedung PLN di Merdeka Timur. Namun, pemugaran terbesar untuk revitalisasi adalah pemugaran Gedung OLVEH, ujarnya. Sayangnya, penanda lanskap Kota Batavia awal 1920-an ini belum masuk dalam daftar Benda Cagar Budaya. 

Selain dari bentuk kubah kembarnya, menurut Boy, menara kembar gedung itu didesain bersusun yang mirip dengan teknik perspektif bangunan candi. Kedua Schoemaker bersaudara itu memang bekerja dalam firma yang sama, ungkapnya, namun yang serius dan berminat memerhatikan candi adalah Wolff. “Kita tidak bisa membandingkannya dengan Richard—terutama level of humanity-nya.”    

Kehidupan Wolff memang sungguh menarik minat insani. Lahir di Banyubiru, Jawa Tengah pada 1882. Dia arsitek, pelukis, pematung, memelihara serangga dan reptil. Mungkin lantaran dia lahir di Jawa, kedekatan dengan budaya setempat telah menarik minatnya pada arsitektur candi. Pada awal 1930-an dia dikabarkan masuk agama Islam, lalu teman-temannya memanggilnya dengan nama Kemal C.P. Wolff Schoemaker. Dia wafat pada 1948. Namun, entahlah, pada akhirnya Wolff dimakamkan secara Kristiani di permakaman Pandu, Bandung.

Sementara itu gaya hidup sang adik,  Richard,  boleh dikata lempeng-lempeng saja. Lahir di  Roermond, Belanda, pada 1886. Setelah menjabat sebagai guru besar di Bandung beberapa tahun, dia kembali ke Belanda. Saat pecah Perang Dunia Kedua, dia turut berjuang mempertahankan negerinya dari cengkeraman Nazi Jerman. Malangnya, dia tertangkap dan dihukum mati pada 1941.