“Jakarta tidak dibanjiri air, tetapi dibanjiri manusia, dan kita yang mengambil ruang air tadi,” ujar Firdaus Ali. “Untuk kota besar di atas lima juta jiwa, Jakarta paling buruk di dunia soal kondisi tata kelola airnya.”
Arsitek dan pelestari menggali dan menemukan fakta bahwa selama hampir seabad, jalan raya di depan gedung itu telah ditinggikan nyaris satu meter. Mungkin banjir adalah penyebabnya. OLVEH menjadi penanda bahwa penyelesaian banjir Jakarta merupakan proyek yang tak berkesudahan, kini, dan esok. Perlu strategi serius yang tak hanya melibatkan studi hidraulika, tetapi juga studi ekologi lingkungan.
Denyut Babak Baru
“Sejak 1961 Gedung OLVEH sudah dinasionalisasi dan menjadi bagian dari Jiwasraya—saat itu Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Eka Sedjahtera,” kata Agustin Widhiastuti, Kepala Divisi Keuangan dan Investasi PT Asuransi Jiwasraya. Terdapat sembilan perusahaan asuransi milik Belanda yang melebur menjadi satu ketika kebijakan nasionalisasi di Indonesia, salah satunya adalah OLVEH.