Dampak Perubahan Iklim Pada Ikan di Laut Bisa Dilihat Melalui Tengkoraknya

By National Geographic Indonesia, Senin, 17 Juni 2019 | 10:53 WIB
Ikanikan di laut dan polusi yang dihadapinya. (Tunatura/Getty Images/iStockphoto)

Bersama dengan kalsium dan karbon, oksigen adalah elemen utama ketiga dalam otolith. Rasio isotop oksigen O-18 hingga O-16 sensitif terhadap salinitas dan suhu. Jika salinitas kurang lebih konstan di tempat ikan hidup, rasio dalam otolith berfungsi sebagai termometer bawaan dalam tubuh ikan.

Para ilmuwan sedang mengeksplorasi koleksi arsip otolith kembali ke 100 tahun lalu untuk sinyal-sinyal ini, dan menemukan bahwa fosil otolith memberikan catatan perubahan suhu variabel selama ribuan tahun. Dalam sebuah makalah yang menggabungkan analisis oksigen dan karbon isotop, para ilmuwan Eropa dan AS telah menunjukkan bahwa otolith tuna sirip biru Atlantik menyediakan catatan penyerapan karbon dioksida di Laut Mediterania.

Baca Juga: Kisah Prabowo Berbicara dengan Semut, Berkomunikasi Kepada Satwa Bisa Dipelajari Secara Ilmiah

Dengan mengambil sampel pertumbuhan tahun pertama dalam otolith dari tuna pada berbagai usia, kelompok ini mampu merekonstruksi rekaman dari tahun 1989 hingga 2010. Mereka tidak menemukan perubahan suhu, tapi mendeteksi penurunan rasio isotop karbon stabil yang terkait dengan penyerapan laut karbon dioksida, indikasi terjadinya pengasaman.

Analisis kimia otolith adalah bidang yang berkembang pesat, dan kini kami telah belajar banyak tentang dampak perubahan iklim dari “buku catatan kimia” yang terkandung dalam otolith. Meskipun merupakan pekerjaan yang sulit dan mahal, ini adalah cara terbaik untuk memahami dampak langsung dari perubahan iklim terhadap populasi ikan.

Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

Karin Limburg, Professor of Environmental and Forest Biology, State University of New York College of Environmental Science and Forestry

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.