Nationalgeographic.co.id – Penemuan bangkai burung puffin bukanlah sesuatu yang langka. Namun, jika ada ratusan yang ditemukan mati dalam keadaan sakit dan kurus, pasti ada hal buruk terjadi. Kematian massal tersebut terjadi di Laut Bering–mengubah St Paul Island menjadi semacam ‘kuburan berbulu’.
Dalam survei empat bulan yang dilakukan pada 2016, sekelompok peneliti menemukan 359 bangkai hewan. Kebanyakan adalah jenis burung puffin yang biasanya jarang terdampar.
Baca Juga: Polusi Semakin Parah, Pulau Terpencil Ini Tenggelam Dalam Lautan Plastik
Para peneliti memperkirakan, secara keseluruhan, ada sekitar 3.150 hingga 8.800 burung yang mati dan sekitar 87%-nya merupakan puffin.
“Spesimen yang dikumpulkan sangat kurus. Menunjukkan kelaparan sebagai penyebab utama kematian,” tulis para peneliti dalam studi yang dipublikasikan pada PLOS ONE.
Tim peneliti yakin suhu permukaan laut yang tinggi adalah penyebab kematian mereka. Ini kemudian menciptakan efek domino yang memengaruhi jumlah plankton dan distribusi ikan di Laut Bering Timur.
Burung puffin menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut terbuka. Mereka akan kembali ke pantai selama musim kawin untuk berkembang biak dan berganti kulit. Saat proses molting (berganti kulit), kemampuan mereka untuk terbang berkurang.
Kombinasi perubahan iklim dan musim ganti kulit pada akhirnya berkontribusi pada kematian burung puffin. Mereka tidak bisa mendapatkan makanan tepat waktu.
National Park Service (NPS) mencatat, Alaska juga telah mengalami kematian burung laut yang ekstrem pada 2018.
“Burung laut merupakan indikator kesehatan ekosistem laut,” ujar NPS.
Baca Juga: Saat Perjalanan Mudik Dilarang Membuka Jendela Mobil, Apa Alasannya?
“Peristiwa kematian massal baru-baru ini sangat memprihatinkan karena mereka mungkin merujuk pada perubahan signifikan pada ekosistem laut. Laut utara kita telah melampaui suhu permukaan di atas rata-rata,” tambah mereka.
Saat suhu di permukaan laut meningkat, ikan air dingin dan plankton mulai berpindah dan bereproduksi lebih jarang. Ini membuat burung-burung laut yang bergantung kepada mereka akhirnya kesulitan mendapatkan makanan untuk bertahan hidup.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR