Singkap Jejak Kediaman Sang Mayor yang Meraja Gula di Surabaya

By Mahandis Yoanata Thamrin, Rabu, 26 Juni 2019 | 19:12 WIB
Patung singa di depan beranda rumah penginapan GANEFO di Jalan Kapasan 169-171, Surabaya. Awalnya rumah ini milik keluarga The Toan Ing, yang kemudian berpindah tangan ke Tan Siong Chiu. Inilah salah satu tengara pecinan di Surabaya yang kerap terlewat. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id— Sebuah mobil bak terbuka yang sarat muatan berhenti. Dua laki-laki menurunkan lusinan karung dari mobil. Kemudian mereka menumpuknya di sebuah beranda rumah penginapan bergaya hindia yang dijaga dua patung singa.

Rumah penginapan "GANEFO" masih tampak memesona, meski tersembuyi dan merawan di belakang deretan rukan di Kapasan, Surabaya. Berandanya cukup luas dengan ubin bercorak dekoratif menghampar. Pilar-pilar besi tempa menandai anak tangganya. Langit-langitnya yang terbuat dari logam, dibingkai kornis sehingga tampak kenes.

Kendati berada di pecinan, rumah ini begitu kentara aksen Eropanya. Tiga pintu utama selalu terbuka bagi tamu-tamu yang hendak bermalam. Pintu utamanya bertakhtakan kaca bergrafir corak flora bikinan "Charles Nash Architecte".

Hiasan porselen timbul bergaya Renaisans di atas pintu tengahnya menunjukkan si pemilik yang religius: dua bayi yang mengapit bingkai bundar bertuliskan “Ora Et Labora”. Sebuah tongkat Caduceus milik Dewa Hermes menancap di bingkai bundar itu.

Beranda yang selalu memberikan rasa teduh dan hangat bagi para pejalan. Rumah utama penginapan GANEFO berarsitektur Hindia, yang beratap tinggi dan memiliki beranda luas. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Pintu utama yang bertakhtakan kaca grafir bercorak flora buatan Charles Nash Architecte. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Pelanggan penginapan ini kebanyakan adalah pedagang-pedagang dari luar Jawa, umumnya kawasan timur Indonesia. Para pedagang itu biasanya membeli komoditi busana dalam partai besar di Pasar Atom untuk dijual kembali di kota mereka. Sejak awal 1970-an Pasar Atom begitu melegenda. Dari geliat bisnis pasar itulah hotel ini bisa lestari hingga kini.

Kalau umumnya pelanggan penginapan ini adalah pedagang, mungkin saja memiliki kaitan dengan tongkat Cadeceus tadi. Pasalnya tongkat milik Hermes itu melambangkan bisnis atau perdagangan. Pun, Hermes dipuja karena, salah satunya, melindungi para pejalan.

Saya hanya semalam di Surabaya. Salah satu dari empat kamar utama di bangunan rumah bergaya hindia itu menjadi tempat saya bermalam. Pintu kayu jati nan tebal, jendela berkisi dan berjeruji, serta langit-langit tinggi berbingkai kornis floral. Kamar seluas hampir separuh lapangan badminton ini tetap sejuk meski tak berpendingin udara.

Baca juga: Segepok Uang Melayang-Layang di Kembang Jepun Sejak 1941, Siapa Punya?

Pemilik rumah penginapan GANEFO adalah Tan Siong Chiu. Bisnis penginapan Tan bermula pada 1951, kemudian izinnya diperbarui lagi pada 1957. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Wastafelnya terbuat dari porselen bercap “Royal Boulton London” dengan simbol singa. Nama itu mengingatkan saya pada pabrik porselen yang memulai bisnisnya di tepian Sungai Thames, London. Pabrik itu mulai berproduksi sejak 1815, yang kerap menjadi kelakar orang bahwa pendirian pabrik ini menandai kekalahan Napoleon di Waterloo. Tampaknya pemilik penginapan ini memiliki selera yang lumayan.