6. Diusulkan Jadi Bacaan Wajib Buat Belajar Sejarah
Seorang penulis blog, Althesia Silvia, pernah menuliskan pengalamannya seusai membaca Bumi Manusia, yang ia pinjam dari sahabatnya. Berikut petikannya, "Buku ini menjadi jendela saya melihat ke masa lalu, saya tumbuh ditahun 90an dan baru membaca buku ini tahun 2016, reaksi saya tentunya syok dan geram melihat situasi masa lalu seperti itu."
Lewat Bumi Manusia saya mengenal konteks masa kolonial, potret pemuda yang menyanjung pengetahuan diatas darah, menimba ilmu dari cara Eropa tetapi menemukan kepincangan dalam attitude mereka, sementara dirinya sendiri geram dengan masyarakat dan adat pribumi serta mind-set yang mengekang terjadinya terobosan pada masa itu.
Baca Juga: Jangan Anggap Remeh Sakit Kepala, Yuk Kenali Beberapa Jenisnya
Di buku ini juga, saya bertemu dengan Max Havelar alias Eduard Douwes Dekker. Saya jadi tahu dimana posisi buku Max Havelar dalam fiksi sejarah Indonesia, karena Bumi Manusia memberikan landasan untuk saya memetakan sejarah dan buku-buku historical fiction lainnya yang ingin saya baca, seperti Multatuli dan cerita tentang Nyai Dasima.
"Bagaimana kalau buku ini dijadikan bacaan wajib saja untuk anak sekolahan? Saya jamin lebih nendang ketimbang metode belajar sejarah dengan menghapal atau sekedar mencatat buku pelajaran." (Ulasan lengkapnya dapat dibaca di sini)