Apa yang Akan Terjadi Jika Kita Tinggal di Zona Ekslusi Chernobyl Saat Ini?

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 23 Juli 2019 | 17:09 WIB
Zona eksklusi Chernobyl. (Sean Williams via Culture Trip)

Nationalgeographic.co.id – Ketika atap reaktor nomor 4 Chernobyl meledak pada 26 April 1986, gumpalan radioaktif terlepas ke atmosfer–membuat area lokal terpapar bahan tersebut sebelum menyebar ke Belarus hingga Inggris.

Reaktor terus mengalami kebocoran selama 10 hari setelah kecelakaan pertama. Melepaskan lebih banyak radiasi ke lingkungan sekitar.

Diperkirakan ada sekitar 116 ribu orang yang langsung dievakuasi. Namun, secara total, jumlahnya mencapai 250 ribu dan pihak berwenang pun menetapkan zona larangan terbang sejauh 30 kilometer dari lokasi.

Sebanyak 31 petugas dilaporkan meninggal akibat paparan radiasi. World Health Organization (WHO) memprediksikan, akan ada 4.000 kematian dalam jangka panjang terkait bencana tersebut.

Baca Juga: 4 Inovasi Teknologi yang Muncul Setelah Pendaratan di Bulan 50 Tahun Lalu

Insiden yang terjadi di Chernobyl masih ditetapkan sebagai bencana nuklir terburuk yang pernah ada. Menurut World Economic Forum (WEF), jumlah radioaktif yang dilepaskan ke udara, 400 kali lebih besar dari efek bom atom di Hiroshima.

Oleksiy Breus, seorang insinyur yang berada di lokasi kejadian beberapa jam setelah peristiwa terjadi, sempat menjelaskan dampak paparan radiasi Chernobyl kepada BBC.

Chernobyl Nuclear Power Plant. (Mond/Wikimedia Commons)

Ia mengatakan: “Paparan radiasi, kulit merah, dan luka bakar adalah hal yang paling banyak dibicarakan orang saat itu. Mereka belum pernah mengalami yang separah itu”.

“Saat tugas saya selesai, kulit saya menjadi cokelat–seolah-olah habis berjemur. Sementara bagian tubuh lain yang tidak tertutup pakaian–seperti tangan, wajah, dan leher–berwarna kemerahan,” cerita Breus.

Paparan radiasi

Namun, saat ini, 33 tahun setelah bencana terjadi, Chernobyl memiliki cerita berbeda. Kota yang ditinggalkan tersebut telah menjadi destinasi wisata. Ia memikat turis dan Instagrammer dengan keindahannya yang menakutkan, sejarah tragis, dan potensi objek foto.

Dua hotel menawarkan tempat menginap yang nyaman. Dan pemerintah Ukraina telah mengumumkan bahwa mereka berencana mengubah kawasan Chernobyl menjadi destinasi wisata resmi.

Menjelajahi reruntuhan kota tua Ukraina ini memang tidak menimbulkan risiko kesehatan langsung.

Menurut Jim Smith, profesor ilmu lingkungan di University of Portsmouth, meski ada beberapa wilayah di zona eksklusi yang penuh peringatan (seperti area pembangkit listrik dan Hutan Merah), tapi sebagian besar tidak mengandung paparan radioaktif yang tinggi. Bahkan, jumlahnya lebih sedikit dibanding Colorado dan Cornwall.

Gambar menunjukkan ruang kelas sebuah bangunan sekolah yang ditinggalkan di Chernobyl. (Gerd Ludwig/National Geographic)

Untuk memecahnya dalam hitungan angka: banyak likuidator (responden pertama) yang diminta menangani kebocoran pada 1986, terpapar dosis sekitar 800 ribu hingga 160 ribu mikrosievert (µSv)*. Jumlah tersebut sangat tinggi dan dapat menyebabkan muntah, pendarahan internal, serta kematian.

Saat ini, dosis radiasi di zona eksklusi hanya sekitar 1.000 µSv. Jumlahnya lebih rendah dibanding radiasi instan yang kita dapatkan jika menjalani CT scan (10,000 µSv).

Meski begitu, hal tersebut tidak berlaku di semua zona eksklusi. Ada beberapa ‘hotspot’ yang mengandung tingkat radiasi yang jauh lebih tinggi. Misalnya Hutan Merah (Red Forest) dengan paparan 350 ribu µSv per tahun.

“Rasanya tidak benar jika saya mengatakan bahwa itu mematikan. Namun, yang perlu diingat, jika Anda tinggal di sana, radiasinya cukup signifikan untuk menyebabkan kanker di kemudian hari,” papar Smith.

Ia menambahkan, perlu sekitar 300 tahun agar radiasi di Hutan merah turun ke tingkat normal.

Hutan Merah di Chernobyl. (via Steemit)

Tidak hanya kadar radiasi yang penting di sini, tapi juga jenisnya. Ada lebih dari 100 elemen radioaktif yang terlepas ke atmosfer saat ledakan terjadi. Namun, untungnya, sebagian besar memiliki ‘hidup’ yang relatif singkat. Iodine-131 adalah elemen yang sangat berbahaya dan terkait dengan kanker tiroid, tapi ia meluruh dengan cepat di udara (sekitar delapan hari).

Meski iodine-131 telah menghilang dari zona eksklusi saat ini, tapi elemen lainnya seperti strontium-90 dan cesium-137 masih ada di sana dengan jangka hidup yang lebih panjang (29-30 tahun). Plutonium-239 bahkan memiliki usia yang sangat panjang: mampu bertahan lebih dari 24 ribu tahun.

Baca Juga: Ilmuwan Berencana Buka Portal ke Dunia Paralel, Bagaimana Caranya?

Kabar baiknya, Smith mengatakan, mereka tidak tersedia secara hayati. Artinya, jauh lebih kecil kemungkinannya untuk diserap oleh tanaman dan tanah.

Jika Anda ingin tinggal di zona eksklusi Chernobyl saat ini, tidak banyak yang akan terjadi. Faktanya, beberapa penduduk kembali ke sana setelah ledakan. Pada 2000, diperkirakan ada 200 orang yang hidup di zona eksklusi.

Meski begitu, menurut Smith, Chernobyl sebaiknya hanya dijadikan sebagai cagar alam. Karena tidak ada manusia, hewan dan tumbuhan berkembang dengan baik di sana.