Nationalgeographic.co.id - Pada 26 April 1986, salah satu reaktor di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobhyl, di Uni Soviet, meledak–melepaskan gumpalan materi radioaktif ke udara.
Setelahnya, Chernobyl pun disebut-sebut sebagai “tempat paling berbahaya di Bumi”. Dua menit paparan radioaktif di sana dapat memotong harapan hidup seseorang hingga setengahnya.
Namun, sebuah studi terbaru dari Columbia University menunjukkan bahwa wilayah di Kepulauan Marshall mengandung lebih banyak radiasi dibanding Chernobyl. Yakni pada area di mana AS pernah melakukan 67 uji nuklir setelah Perang Dunia II.
Baca Juga: Mengulik Teknologi Komputer Apollo 11 yang Berhasil Mendarat di Bulan
Para peneliti mendeteksi adanya “peningkatan kadar” radioaktif seperti americium, cesium, dan dua jenis plutonium, dalam 38 sampel tanah yang diambil dari 11 pulau berbeda di Kepulauan Marshall.
Radiasi tertinggi ditemukan di Pulau Bikini, lokasi di mana AS melakukan uji bom hidrogen terbesarnya dan menenggelamkan puluhan kapal radioaktif.
Setelah mengetes americium-241, para ilmuwan menemukan bahwa beberapa pulau memiliki kadar isotop yang lebih tinggi dibanding yang ditemukan di Chernobyl pada 2009.
Penelitian mereka juga menunjukkan bahwa Pulau Bikini mengandung seribu kali lebih banyak plutoniom daripada yang dihasilkan bencana nuklir Chernobyl atau Fukushima.
Pada studi terpisah, para peneliti menemukan bahwa bahwa buah-buahan yang ada di beberapa pulau di Kepulauan Marshall, mengandung lebih banyak cesium-137. Ini melebihi batas keamanan yang ditetapkan badan internasional.
Baca Juga: Munculnya Kecoak Super: Berkembang dengan Cepat dan Semakin Susah Mati
Secara keseluruhan, para peneliti menentukan bahwa ada empat pulau yang memiliki kontaminasi lebih parah dibanding Chernobyl. Di antaranya Pulau Runiy, Enjebi, Bikini, dan Naen.
Meski sebagian besar pulau tersbeut tidak berpenghuni, tapi para peneliti menyarankan, seharusnya ada peringatan penting dari pihak berwenang agar tidak ada orang yang menghabiskan waktu di sana.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR