Menuliskan Kegagalan Masa Lalu Bisa Bantu Atasi Stres yang Dialami

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 11 September 2019 | 10:55 WIB
Menuliskan kegagalan di masa lalu bisa membantu mengatasi stres. (slasnyi/Fotolia)

Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian menunjukkan bahwa menulis kejadian negatif di masa lalu bisa menjadi cara efektif untuk mengurangi stres dan memberikan kehidupan baru yang lebih baik.

Memahami dan menganalisis apa yang salah di masa lalu memberikan seseorang pandangan baru yang membantu mereka menangani stres di masa depan.

Orang-orang biasanya mendapat saran untuk “melihat sisi yang lebih cerah” ketika mereka gagal dan tidak bisa melupakan masa lalu. Namun, studi terbaru ini menunjukkan bahwa berpikir kritis tentang kejadian negatif sebenarnya bisa mengarahkan kita pada hasil yang lebih baik di masa depan.

Baca Juga: Makanan dan Minuman yang Bagus Dikonsumsi Saat Demam

Menurut para peneliti di Rutgers University-Newark, berpikir tentang peristiwa kurang mengenakkan bisa membantu seseorang menangani stres dengan lebih baikn dan meningkatkan kemampuan di beberapa area.  

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa memperhatikan dengan seksama kejadian atau perasaan negatif yang pernah dialami – baik dengan meditasi atau menulis hal tersebut – dapat memberikan hasil positif ke depannya.

“Stres akut bisa mengganggu kehidupan kita,” kata Brynne DiMenichi, peneliti dan doktor di Rutgers University-Newark.

“Paradoksnya, menulis tentang kejadian yang membuat kita stres, seperti kegagalan masa lalu, justru bisa memperbaiki fungsi kognitif. Terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan perhatian lebih,” tambahnya.

Dalam kolaborasinya dengan peneliti dari University of Pennsylvania dan Duke University, DiMenichi meneliti pengaruh menulis kegagalan di masa lalu dengan kinerja di masa depan pada 86 orang.

Baca Juga: Studi: Polusi Udara Berpotensi Picu Depresi dan Gangguan Bipolar

Para peneliti membagi partisipan ke dalam dua grup: penguji dan pengontrol. Mereka yang berada di grup penguji diminta untuk menuliskan kegagalan di masa lalu. Sementara, partisipan di kelompok lainnya menulis hal-hal yang tidak berhubungan dengan diri mereka.

Jumlah hormon stres (kortisol) dalam air liur mereka diukur di awal penelitian.

Para peneliti menemukan bahwa partisipan yang menulis kegagalan di masa lalu, memiliki kadar kortisol yang lebih rendah dibanding mereka yang tidak.

Menurut studi yang dipublikasikan pada jurnal Frontiers in Behavioral Neuroscience, orang-orang yang menulis tentang kejadian negatif di masa lalu jadi lebih hati-hati saat mengatasi situasi penuh stres di masa depan. Secara keseluruhan, mereka bisa menanganinya dengan baik.