Pemanasan Global, Es Dunia Meleleh dengan Cepat dan Membahayakan Kehidupan

By National Geographic Indonesia, Selasa, 1 Oktober 2019 | 10:49 WIB
Pemanasan global (Titania Febrianti)

Lebih lanjut, air yang jernih dan bening akan lebih efektif memantulkan panas dari Matahari. Berkurangnya air akan mempercepat pemanasan global.

Gletser juga meleleh. Jika emisi tetap berlanjut dengan kondisi saat ini, maka lebih dari 80% gletser kecil akan menghilang pada akhir abad ini. Hal ini akan memberikan dampak bagi ratusan juta orang yang bergantung kepada gletser untuk air, pertanian, dan energi. Longsor salju yang berbahaya, jatuhan batuan dan banjir akan lebih sering terjadi di daerah pegunungan.

Kenaikan muka air laut akan menambah masalah

Jika seluruh es meleleh berarti muka air laut juga meningkat. Muka air laut, secara global, naik setinggi 15 centimeter (cm) pada abad 20; kini mereka bertambah dua kali lipat lebih cepat, dan terus meningkat secara pesat.

Lewat penelitian saya dan rekan peneliti lainnya, kita bisa memahami lebih baik bagaimana lapisan es Antartika dan Greenland berinteraksi dengan lautan.

Hasilnya, laporan terakhir juga memasukkan estimasi tentang seberapa tinggi kenaikan muka air laut bisa meningkat. Meski masih belum pasti, tapi kami memprediksi sekitar mencapai tinggi antara 60 dan 110 cm pada tahun 2100.

Tentu saja, muka air laut tidak statis. Intensitas curah hujan dan siklon, – yang dipengaruhi oleh iklim –, dapat meninggikan air hingga beberapa meter dari level normal.

Laporan IPCC sudah jelas : badai ekstrim yang biasanya hanya terjadi satu kali per abad kini akan sering terjadi setiap tahun pada pertengahan abad. Selain menurunkan emisi, kita juga sudah harus mengeluarkan biaya untuk perlindungan pantai dan daerah landai dari banjir dan korban jiwa.

Ekosistem laut

Hingga kini, laut bisa menyerap lebih dari 90% kelebihan panas di sistem iklim global. Pemanasan yang terjadi saat ini sudah mengurangi percampuran antara lapisan air. Konsekuensinya, pasokan oksigen dan nutrien bagi kehidupan laut berkurang.

Laut harus menyerap panas lima dan tujuh kali lebih besar ketimbang 50 tahun belakangan pada tahun 2100 apabila manusia tidak mengubah keluaran emisi.

Gelombang panas laut juga diprediksi akan lebih intens, lebih lama dan terjadi 50 kali lebih cepat dari biasanya. Tidak hanya itu, lautan akan lebih asam akibat terus menerus harus menyerap kelebihan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh manusia.

Secara keseluruhan, tekanan-tekanan tersebut mengancam keberadaan kehidupan laut secara global.

Beberapa spesies mungkin harus berpindah ke lautan yang baru, namun yang lain mungkin tidak bisa beradaptasi dan akhirnya bisa punah.