Pemanasan Global, Es Dunia Meleleh dengan Cepat dan Membahayakan Kehidupan

By National Geographic Indonesia, Selasa, 1 Oktober 2019 | 10:49 WIB
Pemanasan global (Titania Febrianti)

Komunitas manusia juga akan menghadapi banyak masalah, terutama yang bergantung kepada makanan laut. Terumbu karang, ekosistem yang menyokong kehidupan bagi ribuan spesies, pada akhirnya akan punah setidaknya pada akhir abad ini.

Masa depan lautan dan manusia

Meskipun dokumen IPCC tentang lautan dan kriosfer mengeluarkan pernyataan yang mencengangkan, namun kesimpulan yang ditawarkan sebenarnya sangat konservatif. Hal ini mungkin karena harus disetujui oleh 195 negara yang meratifikasi laporan IPCC.

Saat ini, saya menyadari bahwa kenaikan muka air laut dan melelehnya es akan jauh lebih cepat ketimbang yang diprediksikan oleh laporan tersebut. Sepuluh tahun lalu, saya akan berkata sebaliknya.

Namun, penelitian terbaru memperlihatkan gambaran darurat tentang masa depan laut dan kriosfer – terutama apabila kita tidak banyak berbuat apa-apa.

Baca Juga: Inilah Hal-hal yang Bisa Kita Lakukan untuk Menyelamatkan Bumi

Perbedaan antara suhu 1,5°C dan 2°C sangatlah penting bagi keberadaan kutub-kutub es, yang akan mengalami pemanasan lebih cepat dibanding rata-rata global.

Untuk suhu pemanasan 1,5°C, maka kemungkinan tidak ada es pada bulan September di Samudra Artik adalah 1 banding 100. Namun, pada suhu 2°C, kejadian hilangnya es bisa terjadi satu banding tiga.

Kenaikan muka air laut, pemanasan laut dan asidifikasi, melelehnya gletser dan permaforst juga akan lebih sering terjadi dengan cepat. Hal ini juga berisiko terhadap manusia dan Bumi. Keputusannya ada di tangan manusia dan pemimpin yang kita pilih untuk bisa mengatasi krisis iklim dan kerusakan ekologi ini.

Fidelis Eka Satriastanti menerjemahkan ini dari bahasa Inggris.

Penulis: Mark Brandon, Professor of Polar Oceanography, The Open University

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.