Membandingkan Karhutla 2015 dan 2019, Teka Teki Presiden Jokowi Kunjungi Lokasi Kebakaran Tanpa Gunakan Masker Pelindung

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Kamis, 17 Oktober 2019 | 08:24 WIB
Presiden Joko Widodo meninjau penanganan kebakaran lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Pelalawan, Riau, Selasa (17/9/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww. (ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI)

Apabila ukurannya adalah jumlah penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), tahun 2015 masih lebih parah. Penderita ISPA Riau 2015 mencapai 639.000 orang, adapun 2019 (sampai akhir September) baru 323.000 orang. Sampai akhir tahun 2019, angka ISPA itu diperkirakan tidak akan bertambah banyak karena saat ini kondisi hampir stabil dan musim hujan segera tiba.

Apa pun ukuran bencana itu, sebenarnya tidak terlalu penting buat rakyat. Yang lebih penting, Presiden Joko Widodo menyadari bahwa pola penanganan kebakaran lahan dan hutan yang dicanangkan tahun 2016 belum pas dengan kondisi riil di lapangan. Harus ada terobosan.

Dalam catatan akhir tahun pada 27 Desember 2018, Kompas telah mewanti-wanti pemerintah agar lebih waspada menghadapi musim kemarau 2019. Hal itu mengacu pada data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau 2018 yang menyebutkan luas lahan terbakar mencapai 5.776 hektar.

Baca Juga: Iritasi Hingga Potensi Kanker, Dampak Kebakaran Hutan Bagi Kesehatan

Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian meninjau penanganan kebakaran lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Pelalawan, Riau, Selasa (17/9/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww. (ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI)

Padahal, pada tahun 2017, lahan terbakar hanya 1.368 hektar. Kenaikan luas kebakaran sampai 400 persen itu adalah lampu kuning buat pemerintah. Kompas memprediksi bukan mustahil akan timbul bencana asap seperti tahun 2015.

Sayangnya, peringatan itu tidak diantisipasi dengan baik. Keberhasilan menanggulangi kebakaran selama tiga tahun dari 2016, 2017, dan 2018 seakan menumbuhkan kepercayaan diri yang berlebihan pada pemerintah. Kekhawatiran Kompas ternyata terbukti. Badai asap kembali meluluhlantakkan sejumlah daerah yang dulu pernah terbakar hebat dan menimbulkan penderitaan jutaan rakyat tidak berdosa.

Baca Juga: Ini Beragam Kerugian yang Dialami Indonesia Akibat Kebakaran Hutan

Pepatah lama mengatakan, ”Sesuatu (peristiwa) yang tidak membunuhmu akan membuatmu bertambah kuat.” Pepatah lain berkata, ”Belajarlah dari pengalaman karena pengalaman adalah guru yang baik.”

Sayangnya, pepatah itu belum menjadi guru yang baik buat pemerintah sehingga yang terjadi saat ini, peristiwa yang berulang (bencana asap), bisa ”membunuh” rakyatmu kelak. (Syahnan Rangkuti/Kompas.id)