Konsep kesatuan ini sekarang dikenal sebagai One Health, atau pendekatan lintas disiplin untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi manusia, hewan, dan lingkungan atau ekosistem.
One Health muncul kembali pada awal tahun 2000-an ketika dunia berhadapan dengan wabah SARS yang berasal dari satwa liar.
Praktisi One Health Indonesia dinaungi Indohun (Indonesia One Health University Network) dan berkolaborasi dengan USAID untuk mengembangkan pangkalan data untuk mendeteksi penyakit baru pegari yang disebabkan oleh virus dari hewan (zoonosis), PREDICT.
Baca Juga: 2019 Tercatat dalam Sejarah Sebagai Tahun Terpanas Benua Eropa
Penerapan One Health dalam pemerintahan Indonesia sendiri masih sangat baru. Sejak diadopsi pada tahun 2016, penerapannya masih terbatas kepada penyakit-penyakit zoonosis dalam hewan domestik dan pertanian. Selain itu, sistem berbagi informasi terkait penyakit baru pegari secara nasional baru akan diuji coba di empat kabupaten percontohan.
Mengingat penyakit baru pegari kerap muncul bersama perusakan habitat, kami menyarankan mengintegrasikan pendekatan One Health ke dalam kebijakan lingkungan, misalnya analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), hingga pemberian izin usaha dan pembukaan lahan.
Selengkap apapun sistem pengawasan kita, semaju apapun ilmu pengetahuan dalam memetakan risiko, dan sebanyak apapun informasi yang kita punya, jika pemerintah masih menganaktirikan proses ilmiah dan mengutamakan ego sektoral, kita tidak akan ke mana-mana.
Penulis: Sabhrina Gita Aninta, Postgraduate Research Student, Queen Mary University of London
drh. Irhamna Putri Rahmawati, M.Sc., penasihat bidang konservasi di Wildlife Rescue Centre Jogja - Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta, turut berkontribusi terhadap penulisan artikel ini.
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.