Geliat Juang Boyolali, Perbaiki Alam hingga Berdayakan Kaum Difabel

By Fathia Yasmine, Senin, 30 November 2020 | 14:16 WIB
Suasana Bukit Wonopotro (Dok. National Geographic Indonesia)

 

Nationalgeographic.co.id – Pemandangan hijau terhampar luas di depan mata. Seorang pemuda naik ke atas gardu pandang untuk memanjakan matanya. Ia mengambil ponsel dan mengambil gambar berkali-kali termasuk berswafoto.

Sementara itu, sejumlah keluarga berpiknik. Ada pula pasangan yang sedang melakukan foto pre-wedding memanfaatkan instalasi spot selfie dengan latar belakang hamparan hijau yang sama.

Sayangnya, kegembiraan mereka harus berakhir ketika hujan deras tiba-tiba mengguyur. Begitulah sekelumit momen yang berlangsung pada akhir pekan di Bukit Wonopotro yang menjadi destinasi wisata alam unggulan di Boyolali, Jawa Tengah.

Lanskap hijau di sana, sayangnya hanya bisa dinikmati pada musim hujan. Kala musim kemarau, warna kuning coklat mendominasi pemandangan. Lokasi wisata yang berada di Dusun Glagahombo, Desa Blumbang, Kecamatan Klego, memang cukup tandus saat musim kemarau.

Baca Juga: Membelah Segara Anakan, Menilik Dusun Mandiri Energi di Pesisir Jawa

Adalah Widayanto, Lurah Dusun Glagahombo yang bersama-sama dengan anggota karang taruna desa tersebut yang berupaya menghijaukan Bukit Wonopotro hingga secantik sekarang.

Motivasi mereka saat itu adalah mengurangi risiko banjir, longsor, dan kebakaran di musim kemarau. Penghijauan dilakukan sejak 2014 dengan menanam pohon.  

Mereka berpendapat, makin banyak pohon yang ditanam maka semakin bagus. Udara bersih dan sejuk pun bisa mereka nikmati sebagai bonus.

Perjuangan warga untuk melestarikan kendahan alam di Bukit Wonopotro rupanya diteruskan oleh para pemuda yang tergabung dalam Ikatan Muda Mudi Tanah Glagahombo (IMTAG) bersama dengan PT Pertamina (Persero).

Baca Juga: Ketika Budaya Bertemu Teknologi: Penari Kolok di Bali Adakan Pagelaran Virtual

Pada 2016, penanaman 1.000 pohon dilakukan sekaligus pembuatan kandang rusa. Proyek besar ini mengubah nasib Wonopotro.

Dulu, rusa liar berjenis rusa timor di bukit ini kerap diburu. Rusa ini memang cantik karena memiliki tubuh berwarna coklat dan berwarna putih pada bawah perut dan ekor. Statusnya sebelum penangkaran dibuat, berada di tingkat rentan, artinya tiga tingkat di bawah status punah.