Deretan Destinasi untuk Menikmati Petualangan Luar Biasa di Indonesia

By Fathia Yasmine, Senin, 30 November 2020 | 21:34 WIB
Taman Nasional Gunung Leuseur dihuni oleh gajah-gajah sumatera yang hidup dengan sentosa. ()

Nationalgeographic.id – Berpetualang seringkali diasosiasikan dengan penjelajahan ke destinasi-destinasi alam terbuka yang jauh dan tak terduga.

Tak jarang pikiran melayang ke destinasi di negeri orang. Misalnya saja, Selandia Baru yang terkenal dengan pemandangan alam tiada tara atau negara-negara Asia Timur yang punya kekayaan budaya. Padahal sederet destinasi untuk menikmati petualangan sesuai minat pribadi pun tersedia bagi pejalan.

Destinasi-destinasi tersebut dapat ditemukan dari Sabang sampai Merauke. Berikut deretan destinasi untuk pejalan yang ingin melakukan petualangan #DiIndonesiaAja. National Geographic Indonesia merangkumnya berdasarkan minat khusus pejalan.

Ekowisata Tangkahan dan Ujung Kulon

Pernahkah pejalan mendengar soal ekowisata di Tangkahan? Destinasi ekowisata ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Leuseur yang berlokasi di Pulau Sumatera. Tepatnya, di antara dua desa yaitu Sei Serdang dan Namo Sialang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Baca Juga: Rencanakan Liburan Lebih Bermakna, Kunjungi 4 Destinasi Ekowisata di Bali Ini

Tangkahan seringkali disebut sebagai Surga Tersembunyi di Pulau Sumatera. Tak heran julukan tersebut melekat pada ekowisata Tangkahan, sebab di sinilah satwa dan flora hidup lestari dengan penuh harmoni.

Berkunjungan ke Tangkahan, pejalan akan menemukan hutan yang masih perawan. Hutan menjadi rumah bagi berbagai macam pohon dan vegetasi tropis. Tak hanya itu, tumbuhan langka seperti Rafflesia arnoldi dapat ditemui di sini.

Berkunjung ke ekowisata Tangkahan, pejalan dapat menjelajah sambil menunggang gajah. Ya, Taman Nasional Gunung Leuseur juga dihuni oleh gajah-gajah sumatera yang hidup dengan sentosa. Kemudian, pejalan dapat menyusuri jembatan gantung yang terbentang di atas Sungai Alas.

Sungai tersebut juga menjadi atraksi bagi pejalan yang gemar memacu adrenalin. Mencoba arung jeram di sungai tersebut, tidak ada salahnya. Pejalan juga dapat mempelajari beragam flora khas hutan tropis sambil berkemah.

Baca Juga: Menjelajah di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, Surga Sang Naga Purba

Desa Sibetan dan Kebun Raya Eka Karya

Bagi pejalan yang gemar beragrowisata, Bali merupakan destinasi yang tepat. Saat berkunjung ke Bali, kunjungi perkebunan salak bali di Desa Sibetan. Desa yang berlokasi di Karangasem ini merupakan sentranya.

Berlatar Gunung Agung yang berdiri megah, pejalan akan merasa terhibur saat melakukan trekking keliling perkebunan. Pejalan dapat melihat bagaimana salak bali dibudidayakan. Selain itu, bisa juga mengicip wine salak dan kopi salak yang jadi produk unggulan Desa Sibetan.

Kegemaran beragrowisata juga dapat dipuaskan dengan berkunjung ke Kebun Raya Eka Karya. Kebun raya ini terbilang unik karena berisi ratusan jenis pohon dan ribuan spesies kaktus.

Tepatnya, kebun raya seluas 157,5 hektare ini memiliki 293 jenis anggrek, 80 jenis tumbuhan paku, 94 jenis begonia, dan 2.000 spesies kaktus.

Menikmati keindahan terumbu karang di kepuluan seribu. ()

Kepulauan Seribu

Beberapa tahun ke belakang pemerintah tengah menggencarkan acara-acara olahraga yang bertema sport tourism. Bagi pejalan yang menggemari sport tourism, destinasi yang dapat dituju sebenarnya bukan hanya Bali, Magelang, atau Padang yang sudah terkenal dengan event-event olahraganya.

Pejalan dapat berkunjung ke destinasi yang dekat dengan Ibu Kota yaitu Kepulauan Seribu. Seiring dengan dilonggarkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Kepulauan Seribu dapat kembali dikunjungi.

Baca Juga: Geliat Juang Boyolali, Perbaiki Alam hingga Berdayakan Kaum Difabel

Di sini kegiatan yang dapat dilakukan lumayan banyak. Anda bisa mencoba island hopping dengan menyewa kapal berukuran sedang. Snorkeling dapat dilakukan di beberapa pulau yang alam bawah lautnya masih asri. Sebut saja Pulau Pari, Pulau Ayer, dan Pulau Macan.

Pulau Penyengat, Kepulauan Riau

Bertolak ke Kepulauan Riau, tak lengkap rasanya jika belum mengunjungi Pulau Penyengat. Terletak tidak jauh dari Pulau Bintan, pulau bernama asli Inderasakti ini merupakan sebuah pulau kecil yang hanya terdiri dari dua kilometer luasnya.

Meski begitu, terdapat hal unik di balik perubahan namanya. Konon, asal usul nama “Penyengat” tercetus akibat adanya sekawanan tawon yang kerap menyengat para pelaut ketika mengambil perbekalan air dari sumur air tawar yang ada di pulau ini.

Di pulau ini juga, tersimpan berbagai warisan literasi sekaligus pusat kebudayaan dan kajian Melayu Islam ternama di dunia. Bahkan, Pulau Penyengat dianggap sebagai pengikat budaya rumpun Melayu di tiga negara, yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Masjid Raya Sultan Riau, dibangun oleh Sultan Mahmud pada 1803. (Dok. Shutterstock)

Pulau Penyengat adalah destinasi yang tepat bagi pejalan yang gemar menelusuri sejarah dan budaya. Destinasi pertama yang dapat disinggahi sesampainya di sini adalah Masjid Raya Sultan Riau.

Dibangun oleh Sultan Mahmud pada 1803, masjid ini pada awalnya merupakan bangunan yang dibuat untuk melengkapi infrastruktur kediaman sang istri -  Raja Hamidah, putri dari Raja Haji Fisabilillah.

Namun, sering berjalannya waktu dan jumlah jemaah, masjid kemudian dipugar oleh Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman pada 1832. Masjid ini memiliki dua lemari berkaligrafi yang menyimpan ratusan kitab dan buku Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi.

Pulau Penyengat juga memiliki sebuah perpustakaan berisi lebih dari 1.200 kitab dari mancanegara bernama Khutub Khanah. Didirikan pada 1886 oleh Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi, perpustakaan ini dibuat guna mendorong masyarakat untuk mempelajari banyak ilmu.

Baca Juga: Mengamati Maleo dan Menelusuri Peninggalan Megalitikum di Lore Lindu

Seusainya, tonton pertunjukkan wayang cecak yang merupakan hasil perpaduan budaya Tionghoa dan Melayu. Kesenian wayang ini menggunakan boneka tangan sebagai pelakon utamanya. Pentas dimainkan di “panggung” berupa kotak berukuran 2x3 meter sebagai lokasi pementasannya. Pagelaran wayang cecak pun dimainkan oleh seorang dalang dengan mengangkat cerita kehidupan.

Bagaimana, sudah siap menjelajah? Saat menjelajah di tengah pandemi, pastikan untuk menerapkan protokol kesehatan. Jangan lupa menggunakan masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan (3M).

Terapkan pula prinsip Clean Health Safety Environment (CHSE) saat menaiki kendaraan umum menuju tempat wisata, berkuliner, hingga menjelajah agar kesehatan tetap terjaga.