Sumber Air Sungai Nil, Misteri yang Terbentang Selama 3.000 Tahun

By Utomo Priyambodo, Selasa, 11 Mei 2021 | 16:33 WIB
Salah satu sudut pusat kota Kairo di tepian Sungai Nil. (Gloria Samantha)

Sungai Nil telah memainkan peran kunci dalam beberapa peradaban paling kuno yang menghuni planet ini. Tanpa air dalam jumlah besar, orang-orang Mesir kuno kemungkinan besar tidak akan pernah mengumpulkan kekayaan dan kekuatan yang dibutuhkan untuk membangun piramida dan mengendalikan wilayah yang luas sejak 5.000 tahun yang lalu.

Herodotus, sejarawan Yunani terkenal dari abad ke-5 Sebelum Masehi, melakukan perjalanan dengan caranya sendiri, bertanya-tanya tentang sumber air dalam jumlah besar itu seperti yang dilakukan tokoh-tokoh seperti Alexander Agung, Cyrus Agung dan putranya, dan para pemimpin Romawi seperti Julius Caesar dan Nero.

“Nil caput quoerere adalah pepatah Romawi yang jika diterjemahkan secara longgar maksudnya adalah 'mencari kepala Sungai Nil,' atau untuk mencoba yang tidak mungkin,” kata Ondaatje.

Baca Juga: Olah Sampah oleh Warga Pinggir Citarum, Sungai Terkotor di Dunia

Firaun Ptolemeus II Philadelphus juga tertarik pada pencarian sumber air Sungai Nil ini. Pada abad ke-3 Sebelum Masehi ia mengirimkan ekspedisi cukup jauh untuk mencari tahu sumber ari Nil Biru yang mungkin berasal dari pegunungan Etiopia.

“Orang-orang Mesir juga tertarik untuk menemukan sumbernya karena itu mempengaruhi pertanian mereka,” kata Angela Thompsell, profesor sejarah di State University of New York yang memiliki spesialisasi keahlian dalam bidang sejarah kolonial Afrika dan Inggris.

Namun, tak satu pun dari upaya-upaya ini berhasil mencapai sumbernya.

Seperti banyak sungai dengan panjang yang sebanding, Sungai Nil memiliki sejumlah anak sungai utama, atau cabang-cabang sungai atas yang mengalir ke dalamnya. Dua sungai utamanya, Nil Biru dan Nil Putih, bertemu di Khartoum sebelum melanjutkan perjalanan ke utara melalui Sudan dan ke Mesir.

Penjelajah Skotlandia James Bruce mengklaim sebagai orang Eropa pertama yang menemukan sumber Sungai Nil Biru. Pada tahun 1770 ia berhasil mencapai rawa dan air terjun di Tis Abay di Ethiopia. Meski demikian, menurut Ondaatje, Jesuit Pedro Paez dari Spanyol sebenarnya telah 150 tahun lebih dulu tiba di Danau Tana pada 1618.

Baca Juga: 110 Makam Mesir Kuno Ditemukan di Delta Nil, Arkeolog Ungkap Isinya