Hidup Masaru Emoto si Peneliti Air, Kritik dan Pesan Sebelum Meninggal

By Fikri Muhammad, Rabu, 19 Mei 2021 | 15:00 WIB
Masaru Emoto. (Whatthebleep)

Maka, organisme hidup di dalam air dapat bertahan dalam fase cair melalui musim dingin yang parah. 

"Sangat tidak mungkin ada kenyataan di balik klaim Emoto. Sebuah studi buta rangkap tiga dari klaim ini gagal menunjukan efek apapun,"  kata Reville di Irish Times. "Banyak faktor dalam pekerjaan yang dijelaskan oleh Emoto tampaknya tidak terkontrol dengan baik - pembentukan kristal es diketahui dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti laju pendinginan. Selain itu, fotografer kristal juga diminta untuk memilih tampilan yang 'paling menyenangkan', yang secara kuat meningkatkan kemungkinan subjektivitas yang memengaruhi hasil," lanjutnya.

Di sisi lain, di laman Flaska, dijelaskan bagaimana metode Masaru Emoto didasarkan pada prinsip pembekuan berbagai sampel air 0,5 ml. Kemudian, potongan-potongan kecil es diekstraksi dari sampel dan digunakan sebagai apa yang disebut "benih" dari kristal air kemudian ditanam. 

Baca Juga: Begini Cara Mengejutkan Hewan-Hewan Alam Liar yang Gunakan Listrik

Penelitian Masaru Emoto tentang Zam Zam: Dua kristal terbentuk, satu di atas yang lain, tetapi mereka mengambil bentuk yang unik. (BUKU MIRACLE OF WATER)

Kristal terbentuk pada suhu antara -5 dan 0 derajat celcius dalam berbadai bentuk berdasarkan kesimpulan Masaru tentang kualitas air. Air dengan struktur internal yang hancur (karena pengaruh mekanis, kimiawi, atau getaran) tidak membentuk kristal atau membentuk kristal dengan bentuk tidak beraturan. Mata air biasanya membentuk kristal heksagonal.

Masaru meninggal pada usia 71 tahun di sebuah rumah sakit di Tokyo. Ia sempat jatuh sakit di Shanghai, Cina. Penyakitnya dengan cepat berkembang menjadi pneumonia dan dia ditempatkan dalam kondisi kritis selama beberapa minggu sebelum dinyatakan cukup stabil untuk dibawa ke Tokyo.

Dia meninggal pada pukul 12:50 pada 17 Oktober 2017 didampingi sang istri, Kazuko yang berada di sisinya.