Nationalgeographic.co.id—Penggalian dan penemuan 2.000 kuburan di Mesopotamia Selatan atau Irak Selatan mengejutkan dunia arkeologi. Selain mengejutkan, penemuan permakaman ini membawa fakta-fakta baru mengenai Kerajaan Ur. Situs makam Kerajaan Ur ini berusia 4.800 tahun dan berlokasi di kota kuno Ur.
Penggalian yang disponsori oleh British Museum beserta The University of Pennsylvania Museum of Archaeology and Anthropology. Peneliti lapangannya seorang arkeolog asal Inggris yaitu Charles Leonard Woolley pada 1922. Namun, penemuan dan penggalian yang sebenarnya dilakukan oleh 150 pekerja adalah empat tahun setelahnya, tepatnya pada 1926.
Pada 1922, Wolley mulai menggali parit di dekat reruntuhan ziggurat dan menemukan perhiasan emas serta batu mulia, sehingga kemudian disebut sebagai “parit emas”. Setahun setelah penggalian, keputusan kontroversi diambil oleh Woolley yaitu menghentikan penggalian karena banyak artefak emas yang hilang. Kemungkinan dicuri oleh anggota tim. Selain itu, para penduduk yang disewa untuk membantu penggalian dinilai belum memiliki pengalaman menggali makam kuno.
Tidak tinggal diam, Woolley segera menemui kepala suku kawasan tersebut, Mushid ibn Hubaiyib, untuk meminta bantuan agar tidak ada pekerja yang menyentuh situs tersebut tanpa kehadiran Woolley. Dalam tiga musim berikutnya, tidak ada satu pun yang masuk situs tanpa izin dari Woolley, serta tidak ada temuan luar biasa yang diambil. Akhirnya, Wolley memutuskan kembali menggali “parit emas” pada 1926.
Penggalian tersebut merupakan bagian dari ekspedisi 12 tahun di Tell el Muqayyar yang terletak di saluran Sungai Efrat, Irak Selatan. Tell el Muqayyar adalah nama untuk situs arkeologi setinggi tujuh meter dari lahan sebesar 50 hektar. Situs ini terdiri dari reruntuhan bangunan bata lumpur yang telah ditinggalkan penduduk Ur antara akhir millennium ke-6 SM dan abad ke-4 SM.
Penggalian yang berlangsung bertahap berhasil menemukan 1.850 kuburan dan mengidentifikasi 260 kuburan tambahan. Woolley pun berhasil menemukan Great Death Pit yang kondisinya sangat buruk. Hanya tersisa beberapa batu dan beberapa emas, lapis lazuli, dan manik-manik akik dalam kondisi baik.
Baca Juga: Acar, Makanan Pendamping Penuh Warna Sejak Peradaban Mesopotamia
The Great Death Pit adalah ruang terbuka yang berbentuk persegi, berfungsi sebagai kuburan untuk mayat pria bersenjata. Permakaman besar-besaran di Ur sudah dikenal sejak Meskalamdug, raja Ur yang juga merupakan penguasa tertinggi bangsa Sumeria. Dia memulai penguburan besar-besaran dengan pengorbanan tentara dan paduan suara wanita untuk menemaninya di akhirat.
Selain itu, Woolley tertarik dengan ke enam belas makam berbeda dan diduga sebagai Kuburan Kerajaan dengan harta peninggalan yang sangat berharga, seperti gelang emas, barang-barang dari perunggu, segel silinder, alat musik, keramik hingga artefak yang berkaitan dengan ritual massal.
Woolley menemukan lima mayat, dihiasi dengan barang-barang kuburan, berbaring bersama di atas anyaman tikar. Beberapa meter jauhnya, mereka menemukan sepuluh mayat lagi. Mereka adalah wanita yang mengenakan ornamen emas dan batu mulia.
Baca Juga: Tugu Peringatan Perang Berusia 4.000 Tahun Teridentifikasi di Suriah
Mayat yang diatur dengan hati-hati tersebut memegang alat musik. Di samping mereka terdapat musisi yang memegang kecapi. Woolley menemukan tiga bagian kecapi dan satu harpa di permakaman Ur. Kecapi yang paling dikenal adalah Lyre Of Ur dan Golden Lyre Of Ur, atau Bull’s Eye.
Lyre of Ur adalah kecapi berbentuk kotak yang dimainkan dalam posisi tegak dengan senar yang dipetik dengan kedua tangan.
Kecapi kedua adalah Golden Lyre Of Ur atau Bull’s Eye. Disebut demikian karena seluruh kepala banteng terbuat dari emas dengan mata terbuat dari mutiara dan janggut lapis lazuli. Woolley percaya bahwa kecapi yang ditemukan digunakan dalam upacara penguburan sebagai pengiring lagu.
Baca Juga: Penemuan-Penemuan Peradaban Sumeria Kuno yang Mengubah Dunia
Salah satu makam kerajaan yang paling terkenal adalah makam seorang ratu bernama Puabi, yang terbaring di atas usungan permakaman dan ditetapkan dengan label PG 800. Puabi ditutupi dengan jimat dan perhiasan yang terbuat dari emas dan batu permata. hiasan kepalanya yang rumit terbuat dari 20 daun emas, lapis lazuli, sepasang anting berbentuk bulan sabit, cincin di jarinya dan manik-manik carnelian serta sisir emas besar.
Nama dari pemilik makam diketahui dari segel silinder yang tergeletak dan bertuliskan nama Puabi (yang diukir dalam tulisan paku Sumeria). Makam Ratu Puabi jelas unik bukan karena jumlah peninggalan yang banyak dan berkualitas tinggi, tetapi karena makamnya tidak tersentuh oleh para penjarah selama ribuan tahun.
Di samping Puabi terbaring mayat empat pelayannya. Selain harta dan pelayannya, Ratu Puabi dimakamkan dengan makeupnya. Termasuk kotak perak yang berisi kohl, pigmen hitam yang digunakan sebagai eyeliner.
Di sisi lain, terdapat mayat tiga pelayan di dekat Puabi. Mereka dipercaya merupakan bagian dari ritual pengurbanan manusia untuk ratu yang meninggal. Tidak ada keraguan bahwa bangsa Sumeria mempraktikkan pengorbanan manusia. Dua puluh lima mayat dikurbankan di makam Ratu Puabi dan 75 di makam suaminya. Bagian makam lain yang dijuluki Great Death Pit, makam PG1237, berisi 74 mayat.
Baca Juga: Stalagmit di Gua Iran Ungkap Kejatuhan Kekaisaran Mesopotamia Pertama
Berdasarkan penemuan-penemuan mayat di sekitar Kuburan Kerajaan Ur, banyak yang berpendapat bahwa orang-orang tersebut meracuni diri sendiri sebelum penguburan karena banyak dari mereka yang masih memegang cangkir atau mangkuk.
Tetapi beberapa mayat menunjukkan bukti trauma benda tumpul yang kemudiawan diawetkan dengan panas dan merkuri. Untuk kemudian dikenakan pakaian dan ditata dalam barisan untuk perjalanan menuju akhirat.
Pada akhir penggalian, Woolley memiliki cukup bukti untuk menggambarkan secara rinci upacara permakaman Raja dan Ratu kuno Ur yang mengerikan.
Keajaiban tentang Kuburan Kerajaan Ur pun tidak berhenti begitu saja. Pada salah satu makam ditemukan artefak mengagumkan yaitu Standar Ur. Standar Ur adalah artefak Sumeria dari millennium ke-3 SM yang terdiri dari kotak kayu berlubang berukuran lebar 21,59 cm dan panjang 49,53 cm dihiasi dengan mosaik cangkang, batu kapur merah dan lapis lazuli.
Baca Juga: Kisah Dua Pengantin Anak Suriah yang Menikah di Usia 14 Tahun
Kedua sisi dari Standar Ur dijuluki dengan sisi "Perang" dan "Perdamaian". Kedua sisi merepresentasikan kejadian perang dan sebuah perjamuan.
“Perang” pada Standar Ur digambarkan dengan pemuda di kereta menginjak tubuh dan tentara yang membawa tahanan menuju tokoh penting. Sementara sisi “damai” Standar Ur digambarkan dengan orang yang membawa barang atau menggiring hewan menuju sosok penting yang sedang duduk dan menjadi bagian sebuah pesta ditemani pelayan dan pemusik. Tidak diketahui bagaimana kotak tersebut digunakan atau apa isinya.
Baca Juga: Zenobia, Ratu Pemberontak di Suriah yang Menantang Kekaisaran Romawi
“Mungkin Standar Ur digunakan sebagai peti untuk menyimpan dana perang atau pekerjaan sipil dan agama.” Menurut Paola Villani seorang arkeolog.
Namun, dari banyak peninggalan berharga yang ditemukan pada Kuburan Kerajaan Ur, hampir semua disimpan di British Museum, London dan he University of Pennsylvania Museum of Archaeology and Anthropology di Philadelphia. Sayangnya, hanya sedikit artefak yang bisa dijumpai pada Museum Nasional Irak di Baghdad. Padahal Irak adalah kota di mana ditemukan kuburan Kerajaan Ur.
Baca Juga: Hashshashin, Pembunuh Terampil Sekte Muslim Rahasia Persia dan Suriah