Hikayat Negeri Tembakau

By , Selasa, 27 November 2012 | 13:38 WIB

Saat iklim seni rupa belum sebagus sekarang, Hong Djien sudah sering membeli karya para perupa muda, terutama dari Yogyakarta. Bagi mereka, karya mereka yang di­koleksi Hong Djien merupakan kebanggaan tersendiri. Kini, di umurnya yang sudah sepuh, Hong Djien masih sering didaulat bicara di berbagai forum seni rupa penting, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia juga menjadi semacam pe­nasihat bagi berbagai peristiwa seni rupa di tanah air.

Untuk menunjukkan kecintaannya pada dunia seni rupa, sosok yang mengoleksi lebih dari 2.000 karya seni rupa ini pun membuat sebuah museum seni rupa. Museum itu diresmikan pada tanggal 5 April 2012, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-73.!break!

Lamuk adalah nama sebuah dusun di wilayah Desa Legoksari, Temanggung. Saya tiba di dusun itu pukul 09.00. Pada bulan April, beberapa wilayah di Temanggung memang mulai melakukan proses penanaman tembakau. Suasana di rumah Subakir, 45 tahun, seorang kepala desa, sudah ramai. Para penduduk ber­kumpul untuk mempersiapkan upacara tanam tembakau. Saya melihat belasan wartawan di rumah besar tersebut, me­nandakan bahwa ritual di kampung itu menarik untuk dijadikan berita.

Tidak lama kemudian, orang-orang ber­iring­an, berjalan kaki dengan membawa be­ragam sesajen menuju ke tempat upacara, di tengah area kebun tembakau yang siap ditanam. Perjalanan menanjak cukup melelahkan bagi orang-orang yang tidak terbiasa, seperti saya.

Sampai di area ritus, altimeter di tangan saya menunjukkan angka 1.500 meter di atas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan yang curam. Bukit-bukit tampak kosong, siap ditanami. Selain membawa sesajen, para penduduk juga membawa bibit-bibit tembakau yang kira-kira setinggi sepuluh sentimeter.

Tikar-tikar digelar. Orang-orang duduk me­ngelilingi sesajen. Ada sesajen yang satu nampan khusus berisi buah-buahan, ada yang khusus tumpeng dengan ditancapi lidi-lidi yang sudah ditempeli berbagai jenis uang kertas, ada pula yang hanya berisi berbagai jenis rokok. Saya juga melihat tumpeng lengkap dengan ingkung ayam (ayam utuh). Namun, tampaknya, yang menjadi sajen inti adalah tumpeng lengkap dengan ingkung ayam cemani yang dagingnya berwarna hitam.

Sebagai kepala desa, Subakir membuka acara dalam bahasa Jawa halus. Laki-laki berkumis tebal itu mengucapkan rentetan ucapan terima kasih, mulai kepada Tuhan sampai dengan kepada Ki Ageng Makukuhan. Bagi orang di wilayah Gunung Sindoro, Sumbing, dan Prau, nama Ki Ageng Makukuhan memang selalu menjadi sebutan wajib dalam semua ritual yang berhubungan dengan tembakau. Ia dipercaya sebagai orang pertama yang membawa bibit tembakau di wilayah ini.

Menurut cerita lisan yang beredar di masya­rakat, Ki Ageng Makukuhan adalah murid Sunan Kudus yang berniat membuka lahan pertanian di wilayah Temanggung dan sekitarnya. Di tengah perjalanan, salah satu sahabatnya sakit. Pada saat itulah, Ki Ageng Makukuhan mencabut tanaman dan dikibaskan ke tubuh sahabatnya sambil berkata, “Iki tambaku!” (Ini obat dariku). Kata “tambaku” inilah yang dipercaya masyarakat sebagai akar dari kata tembakau atau mbako.

Usai Subakir membuka acara, ritual selanjut­nya dipandu oleh seorang pemuka agama. Upacara berlangsung dengan khidmat. Hening. Ketika upacara usai, semua orang menyantap hidangan. Kemudian dilanjutkan dengan membawa bibit-bibit tembakau ke lahan-lahan yang sudah siap ditanami.!break!

Saya sempat berbincang dengan beberapa orang sepuh, yang saya taksir usia mereka di atas 70 tahun. Memang benar, seorang di antara mereka bahkan sudah berusia hampir 80 tahun. Tidak ada yang tahu persis sejak kapan Lamuk ditanami tembakau. Jawabannya selalu: “Sejak dulu.”

Hanya, seingat mereka, dulu tembakau hanya ditanam untuk dikonsumsi sendiri. Namun, mereka sepakat bahwa penanaman besar-besaran tembakau di Lamuk terjadi pada 1969. Hal tersebut cukup masuk akal karena mendekati tahun tersebut industri rokok terutama rokok kretek mulai mengalami kemajuan yang pesat.

Lamuk dulu dikenal sebagai daerah minus, dengan tanah yang cengkar dan lanskap yang curam. Kini, Lamuk mendadak masyhur karena menghasilkan tembakau kualitas nomor satu, yang sering disebut sebagai tembakau srintil.