Kera Bohemian di Tepi Kiri

By , Selasa, 26 Februari 2013 | 16:14 WIB

“Saya pikir inilah yang terjadi pada perilaku bonobo,” katanya. Hidup bonobo mungkin lebih berat daripada yang terlihat. Bukti kecemasannya mulai terkuak dari penelitian hormon dari salah satu peneliti pascadoktoral, Martin Surbeck.

Melalui analisis sampel kotoran dan urine, Surbeck menemukan hal mengejutkan: tingkat kortisol, hormon yang terkait dengan stres, tinggi pada beberapa bonobo jantan. Tingkat kortisol terutama meningkat di kalangan jantan utama jika ada betina yang berahi. Apa artinya?

Jantan utama bonobo harus meniti buih agar jangan sampai kurang macho (bisa kehilangan status di kalangan jantan) atau terlalu macho (bisa melenyapkan kesempatan kawin dengan betina penguasa). Dia merasa tertekan oleh situasi rumit ini. Bonobo memang menghindari agresi kasar dan kekerasan, tapi tidak berarti tidak punya beban pikiran. Makhluk ini meng­gunakan perilaku sosioseksual dan relatif sering sebagai sarana manajemen konflik.

Bonobo terancam punah. Meskipun dilindungi oleh hukum Kongo, satwa ini tetap dirundung masalah, terutama perburuan satwa liar dan hilangnya habitat. Mungkin masih ada 15.000 sampai 20.000 bonobo yang hidup di alam liar, beberapa di antaranya di dalam taman nasional dan cagar alam.

Dapat atau tidaknya kawasan “lindung” ini menyelamatkan bonobo dan margasatwa lainnya bergantung pada kenyataan di lapangan. Apakah ada penjaga yang dilatih, digaji, dan dipersenjatai secara memadai untuk menghadapi pemburu. Kongo sangat menderita akibat tujuh dasawarsa dijajah Belgia, diikuti tiga dekade kleptokrasi Mobutu, dan kemudian perang.

Salah satu korban situasi ini adalah bonobo, spesies asli yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia selain Kongo. Jika tak dapat bertahan hidup di alam liar Kongo, satwa ini tak akan dapat bertahan di alam liar lain.!break!

Pasangan John dan Terese Hart, pelestari yang pertama datang ke Cekungan Kongo awal 1970-an, meyakini bahwa bonobo pasti dapat bertahan. Saat ini, pasang­an Hart bekerja sama dengan seorang staf lokal dan berbagai mitra Kongo dalam proyek besar yang dikenal sebagai Lanskap Pelestarian TL2.

Lanskap ini meliputi area yang dilintasi tiga sungai di Kongo bagian timur. Selain dihuni bonobo, tempat ini juga dihuni gajah hutan (Loxodonta cyclotis), okapi, dan monyet aneh bernama lesula yang baru ditemukan. Bonobo masih diburu secara liar di TL2, kata John kepada saya. Dengan status taman nasional untuk sebagian TL2, peraturan larangan berburu, dukungan dari masyarakat setempat, dan beberapa pos pemeriksaan, dia menjelaskan, kegiatan ini diharapkan dapat dihentikan. TL2 punya potensi yang luar biasa, tetapi kendalanya juga luar biasa.

Saya menemui John dan Terese di Kinshasa. Lalu, kami terbang ke Kindu, ibu kota provinsi di Kongo bagian timur di tepi barat Sungai Lualaba. Kawasan ini menjadi batas timur penyebaran bonobo. Di Kindu kami akhirnya mendapat persetujuan untuk ekspedisi singkat selama lima hari untuk menjelajahi TL2.

Sekitar pukul empat sore kami naik ke perahu belongkang besar. Kami ditemani dua warga Kongo yang menjadi mitra kepercayaan Hart, ditambah se­orang ahli biologi yang sedang berkunjung, serta seorang kolonel dan seorang prajurit (keduanya menenteng Kalashnikov) sebagai pendamping militer kami. Kami pun menghilir di tengah sungai Lualaba.

Sungai itu cokelat, landai, dan lebarnya 900 meter. Matahari, rendah di balik kepulan debu musim kemarau, tampak seperti cakram jingga. Saya melihat sepasang burung nasar-sawit (Gypohierax angolensis) melintas di angkasa. Kemudian, kawanan keluang berkelibang.

Malam pun turun mengusir senja, dan air sungai tampak sepia disinari cahaya bulan perbani. Sekian jam kemudian tibalah kami di sebuah desa di tepi kiri sungai yang menjadi pangkal jalan setapak menuju negeri bonobo. Memang cuma tepi kiri yang bisa kami datangi. Tidak ada satu bonobo pun di tepi kanan.