Hijaz: Sumur Kenangan

By , Jumat, 27 Juni 2014 | 13:18 WIB

Para pekerja sedang membersihkan sumur. Sumur ini terletak di balik tembok batu tinggi, benteng Al Zurayb, dibangun 400 tahun yang lalu oleh kekhalifahan Utsmaniyah. Para buruh sedang mengangkat bahan peledak tua: selongsong meriam yang dilemparkan ke dalam sumur dengan panik, mungkin pada Januari 1917. Pada waktu itu, pasukan unta Arab mendekat dengan cepat. Suku-suku di Hijaz telah bangkit untuk melawan penguasa Utsmaniyah yang bersekutu dengan Jerman. Dan, orang asing yang telah memicu pemberontakan—lelaki dengan tinggi hanya 1,66 meter, tetapi sangat keras kepala—berkuda bersama dengan para pemberontak.

Berikut gambarannya tentang kavaleri Arab: “Mereka mengenakan jubah merah dicat henna, di balik jubah hitam, dan membawa pedang. Masing-masing memiliki seorang budak yang berjongkok di belakangnya di atas punuk [unta] untuk membantunya membawakan senapan dan belati dalam pertempuran, mengawasi untanya, serta memasak untuknya di jalan.”

Thomas Edward Lawrence, dikenal sebagai Lawrence dari Arab, adalah salah satu pahlawan pascamodern kami yang pertama. Ia adalah petugas intelijen Inggris yang masih muda, dan secara radikal sangat ingin  menghadirkan ke­bebasan bagi dunia Arab yang saat itu terpuruk di bawah kekuasaan Turki Utsmaniyah. Namun, dia tersiksa karena mengetahui bahwa kaum Hijaz akan dikhianati oleh kekuatan kolonial Eropa yang memecah-belah dunia Timur Tengah setelah Perang Dunia I.

“Lorens al Arab,” ujar saya kepada para pekerja di benteng. Saya menunjuk ke se­longsong yang masih berisi mesiu. Nama itu tidak berarti apa-apa bagi mereka. Lawrence boleh dikatakan telah dilupakan di Arab Saudi.

“Mereka adalah orang-orang yang dinamis, ber­gejolak, penuh gagasan, ras yang terdiri atas orang-orang jenius,” tulis Lawrence tentang rekan-rekannya di Hijaz. “Kegembiraan utama di gurun Arab adalah kegembiraan akibat me­mendam keinginan secara sukarela.” Dia men­dambakan pelepasan diri, penolakan, pengekangan diri.

Inilah yang terjadi saat kita mengintip ke dasar sumur di Hijaz. Kita melihat pantulan diri sendiri. Tanpa disadari, Lawrence, sedang menggambarkan dirinya sendiri.

!break!