Titisan Pemburu Wewangian Surgawi

By , Kamis, 22 Januari 2015 | 11:55 WIB

***

!break!

Romantisme cendana dikenal sejak masa awal globalisasi. Tome Pires, seorang apoteker dari bangsawan di Lisbon, Portugal, mencatat kisah perjalanannya ke Nusantara dalam Suma Oriental (1512-1515). “Tuhan telah menciptakan Timor sebagai surga cendana,” demikian tulisnya, “Maluku sebagai tempat tumbuhnya cengkih dan Banda sebagai surganya pala.”

Tampaknya, catatan itu menunjukkan alasan para pedagang Eropa datang ke Nusantara pada abad ke-16. Namun, jauh sebelum bangsa Eropa merambahi negeri kepulauan ini, para pedagang Cina telah lebih dulu membuat jalur perdagangan cendana yang tak sepopuler jalur sutra dan jalur rempah-rempah.

Jalur cendana selalu menjadi rahasia di antara pedagang Cina di Macau. Kini, saatnya kita membuka serpihan kisah jalur cendana dan menguak makna di balik sebutan lain Pulau Timor, yakni Nusa Cendana. Sebutan itu muncul pada masa awal globalisasi, suatu zaman ketika bangsa Timor mula-mula melakukan interaksi dengan orang asing.

 Beberapa sumber tua yang menceritakan aktivitas perdagangan cendana di Timor adalah sebuah naskah catatan perjalanan yang ditulis oleh Wang Da Yuan, berjudul Daoyi Chi Lue pada 1330.

Wang menyebutkan bahwa di wilayah Pulau Timor (Gu Li Ti Men) tidak tumbuh pohon lainnya selain cendana, yang dikenal dalam bahasa Cina sebagai ‘tan’ atau ‘chandan’. Naskah dari Wang juga menyebutkan dua belas pelabuhan besar; tiga di antaranya merupakan pelabuhan besar tujuan para pedagang Cina pada masa Dinasti Yuan: Di Li (Dili), Mei Luo (Belu), dan Gu Bang (Kupang).

Mahuan, seorang ahli tafsir bahasa dalam armada Cheng He, menulis kisah perjalanan muhibahnya ke Nusantara pada 1416 yang berjudul Yingyai Shenglan. Mahuan bercerita tentang cendana di Timor dan menyebut pulau itu sebagai Gu Li.

Sumber terakhir di era yang sama adalah Xing Cha Sheng Lan karya Fei Xin yang ditulis pada 1436. Mahuan dan Feixin adalah tentara yang turut dalam ekspedisi Cheng He pada masa Dinasti Ming ke Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika pada 1405-1433.

Para pelancong Cina itu juga memerikan gambaran orang Timor dan pertukaran cendana dengan keramik, perhiasan, senjata, dan besi. Pasokan cendana terbilang langka, harganya pun fantastis.

Sejatinya, posisi Timor sebagai penghasil cendana terbaik telah disebut dalam sumber terlawas berjudul Zhufan Zhi pada 1225. Naskah itu ditulis oleh Chau Ju Kua, seorang pengawas perdagangan Cina di Macau. Mereka telah berjejak di Timor jauh sebelum kedatangan orang-orang Portugis.

Pemerian tentang Timor dan cendana juga muncul dalam catatan pedagang dan para misionaris Portugis yang datang belakangan.

!break!

Masifnya perdagangan cendana merupakan salah satu sebab raja-raja Timor memperluas daerah kekuasaannya untuk menguasai hutan-hutan cendana. Kayu beraroma harum itu menjadi komoditas penting di India dan Cina untuk aneka kegiatan religius, yakni untuk wewangian berbentuk dupa, serbuk, dan hio. Kayu ini digunakan juga sebagai bahan campuran kosmetik, aroma terapi, serta obat.